Kamis, 10 Mei 2012

hakikat manusia


Prakata

Puji Syukur Kehadirat Allah Swt, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, maka makalah berjudul bukti bukti Nabi Adam manusia pertama. Dalam proses penulisan makalah ini tak luput dari bantuan berbagai pihak, sehingga segala hambatan dapat ditanggulangi dan penulisan makalah ini dapat selesai dengan lancar. sehingga pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada bapak , Agus Masrukhin selaku dosen Pendidikan Agama Islam, yang telah membimbing kami dalam proses belajar. Tidak lupa kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil.
Kami sangat menyadari akan masih banyaknya kekurangan penyusunan makalah ini,.maka kami selaku penyusun makalah ini memohon maaf atas hal tersebut sebab kami adalah manusia yang tak luput dari kesalahan dan masih dalam proses belajar.



















Jakarta,  maret 2012




penulis









1.1 LATAR BELAKANG
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT dan juga makhluk sosial. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya.
Dalam perjalanan hidupnya peran manusia semakin terlupakan. Padahal dengan semua kelebihan yang dimilikinya manusia sudah selayaknya menjalankan peran dan tugasnya. Oleh karena itu, hakikat manusia yang sebenar-benarnya harus diresapi dengan baik agar
manusia itu sendiri kembali pada tujuan asal mulanya dia diciptakan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas timbul beberapa masalah, diantaranya

1. Hakekat manusia dipandang dari segi toeri universal ?
2. Apa fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam?
3. Tujuan diciptakan manusia menurut pandangan Islam?
4. Apa kelebihan manusia dari makhluk lainnya?
5. Awal mula penciptaan Nabi Adam A.S. menurut pandangan Islam ?
6. Bukti bukti Nabi Adam manusia pertama dari berbagi segi pendapat?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah, kami menentukan tujuan dalam pembuatan makalah ini, adalah:
  1. Menjelaskan hakikat manusia secara universal.
  2. Menjelaskan hakikat manusia sesuai pandangan Islam
  3. Memperkuat pendapat bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama menurut islam.
  4. Menunjukan bukti bukti Nabi Adam manusia pertama yang ada di bumi.

1.4 LINGKUP KAJIAN
Sesuai dengan tujuan diatas, maka kami menentukan lingkup kajiannya hanya konsep ketuhanan dalam islam.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam makalah ini mencakup, lima pokok bahasan. Bahasan pertama adalah pendahuluan yang di dalamnya di bagi lima bagian. Bagian pertama latar belakang, bagian kedua rumusan
masalah, bagian ketiga tujuan, bagian keempat lingkup kajian, dan bagian kelima sistematika pembahasan. Bahasan kedua adalah hakekat manusia dalam pandangan islam. Bahasan ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu Kelebihan Manusia dari Makhluk Lainnya, Fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam, dan hakekat manusia menurut pandangan islam. Bahasan ketiga adalah diskusi dan pembahasan, yang di dalamnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pertanyaan, tanggapan, serta pembahasan. Bahasan keempat adalah penutup.





BAB 2
HAKIKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM
Di dalam Al-Quran, manusia disebut antara lain dengan bani Adam (Q.S. Al-Israa’:70)


walaqad karramnaa banii aadama wahamalnaahum fii lbarri walbahri warazaqnaahum mina ththhayyibaati wafadhdhalnaahum 'alaa katsiirin mimman khalaqnaa tafdhiilaa

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.[1]

 (Q.S. Al-Kahfi:10)

idz awaa lfityatu ilaa lkahfi faqaaluu rabbanaa aatinaa min ladunka rahmatan wahayyi/ lanaa min amrinaa rasyadaa[2]

 (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."

 (Q.S. Al-Insan:1)

hal ataa 'alaa l-insaani hiinun mina ddahri lam yakun syay-an madzkuuraa[3]

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?


(Q.S. An-Nas (114):1).

qul a'uudzu birabbi nnaas

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.[4]

Berbagai rumusan tentang manusia pun telah diberikan orang. Salah satu diantaranya, berdasarkan studi isi Al-Quran dan Al-Hadist, berbunyi sebagai berikut: Al-Insan (manusia) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman (kepada Allah), dengan menggunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak (N.A Rasyid , 1983:19).

2.1 HAKEKAT MANUSIA DIPANDAND DARI SEGI UNIVERSAL

2.1.1 Konsepsi-konsepsi yang Bersaing tentang Hakikat Manusia
Begitu banyak hal bergantung pada konsepsi kita tentang hakikat manusia; bagi manusia perseorangan, hal tersebut antara lain: makna dan tujuan hidup kita , apa yang sebaiknya kita lakukan dan kita usahakan , apa yang boleh diharapkan untuk dicapai atau kita berharap menjadi apa; bagi masyaraka manusia, visi komunitas manusia yang bagaimana yang kita harapkan terwujud dan jenis perubahan sosisal macam apa yang harus kita lakukan. Jawaban kita terhadap semua persoalan yang sangat penting ini bergantung pada anggapana kita akan ada-tidaknya suatu hakikat manusia yang “sejati” atau “bawaan”. Jika ada,  apakah itu? Apakah ia berbeda bagi pria dan wanita? Ataukah memang tak ada hakikat manusia yang “esensial”seperti itu, kecuali potensi yang dibentuk oleh lingkungan sosial-oleh kekuatan-kekuatan ekonomis, sosial, politis dan kebudayaan?
Mengenai persoalan-persoalan fundamental hakikat manusia ini terdapat begitu banyak ketidakpastiaan.”apakah manusia itu sehingga Engkau sangat memperhatikannya... Engkau telah menciptakaannya sedikit lebih rendah daripada malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemegahan dan kehormatan,” tulis pengarang Mazmur 8 dalam perjanjian Lama[5].

2.2 FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA DALAM ISLAM
Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah mencipta makhluk- makhluk yang di tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara makhluk Allah dan menjadi hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia adalah amat luas di dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya.
Tanggungjawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis berikut. Dari Ibnu Umar RA katanya; “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
“Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggungjawabkan terhadap apa yang digembalainya. Seorang laki-laki adalah pengembala dalam keluarganya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Seorang isteri adalah pengembala di rumah suaminya dan akan ditanya tentang pengembalaannya.Seorang khadam juga pengembala dalam harta tuannya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Maka semua orang dari kamu sekalian adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaannya.”
(Muttafaq „alaih)
Allah menciptakan manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu[6].

2.3 TUJUAN DICIPTAKANNYA MANUSIA
            Dalam surah Al-Baqarah ; 30-39 Allah SWT berfirman;

wa-idz qaala rabbuka lilmalaa-ikati innii jaa'ilun fii l-ardhi khaliifatan qaaluu ataj'alu fiihaa man yufsidu fiihaa wayasfiku ddimaa-a wanahnu nusabbihu bihamdika wanuqaddisu laka qaala innii a'lamu maa laa ta'lamuun

wa'allama aadama l-asmaa-a kullahaa tsumma 'aradhahum 'alaa lmalaa-ikati faqaala anbi-uunii bi-asmaa-i haaulaa-i in kuntum shaadiqiin
[2:31] Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"

qaaluu subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa 'allamtanaa innaka anta l'aliimu lhakiim
[2:32] Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

qaala yaa aadamu anbi/hum bi-asmaa-ihim falammaa anba-ahum bi-asmaa-ihim qaala alam aqul lakum innii a'lamu ghayba ssamaawaati wal-ardhi wa-a'lamu maa tubduuna wamaa kuntum taktumuun
[2:33] Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?"

wa-idz qulnaa lilmalaa-ikati usjuduu li-aadama fasajaduu illaa ibliisa abaa wastakbara wakaana mina lkaafiriin
[2:34] Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

waqulnaa yaa aadamu uskun anta wazawjuka ljannata wakulaa minhaa raghadan haytsu syi/tumaa walaa taqrabaa haadzihi sysyajarata fatakuunaa mina zhzhaalimiin
[2:35] Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini. yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.

fa-azallahumaa sysyaythaanu 'anhaa fa-akhrajahumaa mimmaa kaanaa fiihi waqulnaa ihbithuu ba'dhukum liba'dhin 'aduwwun walakum fii l-ardhi mustaqarrun wamataa'un ilaa hiin
[2:36] Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."

fatalaqqaa aadamu min rabbihi kalimaatin fataaba 'alayhi innahu huwa ttawwaabu rrahiim
[2:37] Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

qulnaa ihbithuu minhaa jamii'an fa-immaa ya/tiyannakum minnii hudan faman tabi'a hudaaya falaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuun
[2:38] Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

walladziina kafaruu wakadzdzabuu bi-aayaatinaa ulaa-ika ash-haabu nnaari hum fiihaa khaaliduun
[2:39] Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.( Q.S. Al-Baqarah ; 30-39)

Dari ayat-ayat ini banyak pelajaran yang yang dapat kita ambil, diantaranya ada enam hal pokok yang akan kami jelaskan secara ringkas dalam pembahasan ini. Keenam tersebut yaitu ;
  1. Allah SSWT telah menciptakan manusia dan memberi tangggungjawab kepadanya untuk membangun bumi.
  2. Allah SWT tidak menciptakan Adam sekaligus, melainkan melalui pentahapan.
  3. Dalam teori ilmu pengetahuan manusia, akal adalah asal dari pengetahuan.
  4. Masalah agama adalah masalah pengajaran (Allah SWT mengajar bertaubat)
  5. Tujuan Allah SWT menciptakan manusia adalah agar mereka bahagia dan tidak bersedih.
  6. Sedangkan manusia tetap dalam keingkaran dan tidak mau taubat akan merugikan dirinya sendiri
Sehingga tujuan Allah SWT menciptakan manusia ada;ah untuk menjadi khalifah di bumi. Serta .mengelola apa yang ada di bumi dan manusia kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatan mereka di bumi (dunia)[7]


2.4 KELEBIHAN MANUSIA DARI MAHLUK LAINNYA

Manusia dibandingkan makhluk lain mempunyai berbagai ciri utama, yaitu:
2.1.1 Makhluk yang paling unik , dijadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang paling sempurna. Firman Allah:


laqad khalaqnaa l-insaana fii ahsani taqwiim
Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” (QS. At-Tin:4)

Keunikan manusia dapat terlihat pada bentuk struktur tubuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang terjadi pada setiap organ tubuhnya, proses pertumbuhannya melalui tahapan tertentu, dan sebagainya. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya, ketergantungannya pada sesuatu, menunjukkan adanya kekuasaan yang berada diluar manusia itu sendiri. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah karena itu sepantasnya menyadari kelemahannya. Kelemahan manusia berupa sifat yang melekat ada dirinya disebutkan Allah dalam Al-Quran, diantaranya adalah:
a. Melampaui batas (QS. Yunus : 12)
b. Zalim dan mengingkari karunia Allah (QS. Ibrahim : 34)
c. Tergesa-gesa (QS. Al-Isra: 11)
d. Suka membantah (QS. Al-Kahfi : 54)
e. Berkeluh kesah dan kikir (QS. Al-Maarij: 19-21)
f. Ingkar dan tidak berterima kasih (QS. Al-Adiyat : ^)

Namun untuk kepentingan dirinya manusia ia harus senantiasa berhubungan dengan penciptanya, dengan sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan dengan alam sekitarnya.
2.1.2 Manusia memiliki potensi beriman kepada Allah. Sebab sebelum ruh Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang di alam ghaib itu ditanyai Allah, sebagaimana dalam Al-Quran:

Apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu menjawab)” ya kami akui Engkau adalah Tuhan kami”. (QS. Al-„Araf :172)

Dengan pengakuan tersebut sesungguhnya manusia sejak awal telah maengakui Tuhan, telah ber-Tuhan, berke-Tuhanan. Pengakuan dan penyaksian bahwa Allah[8]. 2.1.3 Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya dalam Al-Quran surat az-Zariyat:


wamaa khalaqtu ljinna wal-insa illaa liya'buduun
Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.” (BS. Az-Zariyat: 56)
Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan manusia melalui dua jalur, jalur khusus dan jalur umum. Pengabdian melalui jalur khusus diaksanakan dengan melakukan ibadah khusus yaitu segala upacara pengabdia langsung kepada Allah yang syarat-syaratnya, dan cara-caranya telah ditentukan oleh Allah sendiri sedang rinciannya dijelaskan oleh Rasul-Nya, seperti ibadah shalat, zakat, shaum, dan haji. Pengabdian melalui jalur umum dapat dilakukan dengan melakukan perbuatan yang disebut amal saleh yaitu segala perbuatan positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat, dilandasi dengan niat ikhlas dan bertujuan untuk mencari keridaan Allah.
.
2.1.4 Manusia dilengkapi dengan akal perasaan dan kemauan atau kehendak.
Dengan akal dan kehendaknya manusia akana tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim. Tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia dapat tidak percaya, tidak tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah, bahkan mengingkari-Nya, menajdi kafir. Karena itu di dalam Al-Quran ditegaskan oleh Allah:

waquli lhaqqu min rabbikum faman syaa-a falyu/min waman syaa-a falyakfur innaa a'tadnaa lizhzhaalimiina naaran ahatha bihim suraadiquhaa wa-in yastaghiitsuu yughaatsuu bimaa-in kalmuhli yasywii lwujuuha bi/sa sysyaraabu wasaa-at murtafaqaa
Dan katakana bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barangsiapa yang mau beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang tidak ingin beriman, biarlah ia kafir.” (QS. Al-Kahfi: 29)
Dalam surat Al-Insan juga dijelaskan:

innaa hadaynaahu ssabiila immaa syaakiran wa-immaa kafuuraa
Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus (kepada manusia), ada manusia yang syukur, ada pula manusia yang kafir”. (QS. Al-Insan: 3)
Allah telah menunjukkan jalan kepada manusa dan manusia dapat menjalani jalan itu dan dapat pula tidak mengikutinya. Memang dengan kemampuanya atau kehendaknya yang bebas manusia dapat memilih jalan yang akan ditempuhnya. Namun dengan pilihannya itu manusia kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat, yaitu pada hari perhitungan mengenai segala amal perbuatan manusia ketika masih di dunia. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Quran:

walladziina aamanuu wattaba'at-hum dzurriyyatuhum bi-iimaanin alhaqnaa bihim dzurriyyatahum wamaa alatnaahum min 'amalihim min syay-in kullu imri-in bimaa kasaba rahiin
Setiap orang terikat (bertanggung jawab atas apa yg dilakuannya.” (QS. St-Thur: 21)
2.1.5 Manusia memiliki akhlaq.
Berakhlaq adalah ciri utama mausia dibandingkan makhluk lain.[9] Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting, ia menjadi komponen ketiga dalam Islam. Kedudukan ini dapat dilihat di dalam sunnah Nabi yang mengatakan bahwa beliau diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia.
Suri tauladan Nabi yang dlakukan semasa hidupnya seharusnya menjadi contoh bagi umat manusia terutama manusia yang beriman. Selain dari keteladanan Rasulullah, banyak butir-butir tuntunan menuju akhlak mulia itu terdapat di dalam Al-Quran dan AlHadits. Butir0butir ajaran ini berlaku abadi, universal, seanjang masa dan dimana saja.


2.5 Penciptaan dan kehidupan Nabi Adam menurut pandangan Islam
2.5.1 asal mula Nabi Adam
Setelah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengabari para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi[10]. Berkatalah para malaikat kepada Allah:
"Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)
Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)
Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna. Awalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, ketika Adam diberi tempat oleh Allah di surga dan baginya diciptakan Hawa untuk mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan rasa kesepian, dan melengkapi fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu beliau masih tidur sehingga saat beliau terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:
"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)
tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya karena mengingkari ketentuan Allah. Adam diturunkan dibumi bukan karena mengingkari ketentuan, melainkan dari sejak akan diciptakan, Allah sudah menunjuk Adam sebagai khalifah di muka bumi. jadi meskipun tidak melanggar ketentuan (Allah) adam akan tetap diturunkan kebumi sebagai khalifah pertama.
Adam merupakan nabi dan juga manusia pertama yang bergelar khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Ia diutus untuk memperingatkan anak cucunya agar menyembah Allah. Di antara sekian banyak anak cucunya, ada yang taat dan ada pula yang membangkang.

2.5.2 Pengetahuan Adam
Allah hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang ada di alam semesta yang kemudian diperagakan di hadapan para malaikat. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Dialah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.
2.5.3 Lokasi Adam dan Hawa turun ke bumi
Turunlah mereka berdua ke bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.
Di dalam kitab ad-Durrul Mantsur, disebutkan "Maka kami katakan, 'Turunlah kalian ... ", dari Ibnu Abbas, yakni: Adam, Hawa, Iblis, dan ular. Kemudian mereka turun ke bumi di sebuah daerah yang diberi nama "Dujjana", yang terletak antara Mekah dan Thaif. Ada juga yang berpendapat Adam turun di Shafa, sementara Hawa di Marwah. Telah disebutkan dari Ibnu Abbas juga bahwa Adam turun di tanah India.

Diriwayatkan Ibnu Sa'ad dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, dia mengatakan, Adam diturunkan di India, sementara Hawa di Jeddah. Kemudian Adam pergi mencari Hawa sehingga dia mendatangi Jam'an (yaitu Muzdalifah atau al-Masy'ar). Kemudian disusul (izdalafat) oleh Hawa. Oleh karena itu, tempat tersebut disebut Muzdalifah.

Diriwayatkan pula oleh Thabrani dan Nua'im di dalam kitab al-Hilyah, serta Ibnu Asakir dari Abu Hurairah, dia bercerita, Rasulullah saw bersabda: "Adam turun di India."
Sementara Ibnu Asakir menyebutkan ketika Adam turun ke bumi, dia turun di India.
Di dalam riwayat Thabrani dari Abdullah bin Umar disebutkan :

"Ketika Allah menurunkan Adam, Dia menurunkannya di tanah India. Kemudian dia mendatangi Mekah, untuk kemudian pergi menuju Syam (Syria) dan meninggal disana." (HR. Thabrani)

Dari riwayat-riwayat secara global disebutkan bahwa Adam turun ke bumi, dia turun di India (Semenanjung Syrindib, Ceylan) di atas gunung yang bernama Baudza. Di dalam kitab Rihlahnya, Ibnu Batuthah mengatakan: "Sejak sampai di semenanjung ini, tujuanku tidak lain, kecuali mengunjungi al-Qadam al-Karimah. Adam datang ketika mereka tengah berada di semenanjung Ceylan".
Syaikh Abu Abdullah bin Khafif mengatakan: "Dialah orang yang pertama kali membuka jalan untuk mengunjungi al-Qadam."


2.5.4 Lokasi Makam Adam
Sementara makam Adam as sendiri ada yang mengatakan terletak di gunung Abu Qubais. Ada juga yang mengatakan di gunung Baudza, tanah dimana dia pertama kali turun ke bumi. Dan ada juga yang berpendapat, setelah terjadi angin topan, Nuh as mengulangi pemakamannya di Baitul Maqdis.
Dan kami menarjih apa yang diriwayatkan Thabrani, Ibnu al-Atsir, dan al-Ya'qubi, bahwa Adam setelah Allah SWT memberikan ampunan kepadanya, dibawa oleh Malaikat Jibril ke Jabal Arafat. Disana Jibril mengajarinya manasik haji. Dia meninggal dan dimakamkan di tepi Jabal Abu Qubais.

2.5.5 Kisah Adam dalam Al-Quran
Seperti telah disampaikan di atas bahwa nama Adam as dalam Al-Quran disebutkan 25 kali dalam 25 ayat, yaitu :
Surat Al-Baqarah [2] : ayat 31, 33, 34, 35, dan 37
Surat Al-Imran [3] : ayat 33 dan 39
Surat Al-Maidah [5] : ayat 27
Surat Al-A'raaf [7] : ayat 11, 19, 26, 27, 31, 35, dan 127
Surat Al-Israa' [28] : ayat 50
Surat Maryam [19] : ayat 58
Surat Thaaha [20] : ayat 115, 116, 117, 120, dan 121
Surat Yaasin [36] : ayat 60
Berikut ini dibeberapa beberapa ayat penting yang terkait dengan uraian tersebut di atas.
Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 30-38, Firman Allah SWT :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah [2]: 30)

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah [2]: 31,32)

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?" Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 33,34)

Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini. yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS. Al-Baqarah [2]: 35-38)

Kemudian pada Surat Thaahaa [20] : ayat 115-123, Firman Allah SWT :

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". (QS. Thaahaa [20]: 115-119)

Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (QS. Thaahaa [20]: 120-123)


SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa hakekat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di bumi ini. Yang mampu merubah bumi ini kearah yang lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan perasaan. Selain itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang paling sempurna.
4.2 Saran
Sebagai manusia yang telah mengetahui perannya, alangkah baiknya jika kita melaksanakan peran kita, tugas kita sebagai seorang khalifah di bumi ini dengan baik. Manusia telah diberi kelebihan oleh Allah SWT, oleh karena itu dengan kelebihan tersebut kita akan mampu menjalankan tugas kita sebagai seorang khalifah dengan tetap berusaha untuk mendapatkan ridho Allah.
28 September 2011

Referensi
  • Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
  • Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
  • Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
  • Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
  • alquran.bahagia.us, al-quran.bahagia.us, dunia-islam.com, Al-Quran web, id.wikipedia.org, PT. Gilland Ganesha, 2008.
  • Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
  • Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
  • M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
  • Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
  • Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.


[1] alquran.bahagia.us, al-quran.bahagia.us, dunia-islam.com, Al-Quran web, id.wikipedia.org, PT. Gilland Ganesha, 2008.
[2] ibid
[3] ibid
[4]  alquran.bahagia.us, al-quran.bahagia.us, dunia-islam.com, Al-Quran web, id.wikipedia.org, PT. Gilland Ganesha, 2008
[5] Leslie,stevensan,dkk,2001,sepuluh teori hakikat manusia,yogyakarta,yayasan bentang budaya
[6] Manusia dicipta untuk dikembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan ditanya atas setiap usaha dan amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya perlu dilaksanakan.

[7] Ismail,dkk,2006, kebenaran mutlak,jakarta; sahara
[8]  adalah Tuhan tuh yang ditiupkan ke dalam rahim wanita yang sedang mengandung manusia itu berarti bahwa manusia mengakui adanya kekuasaan Tuhan, termasuk kekuasaan Tuhan menciptakan agama untuk pedoman hidup manusia di dunia ini. Ini bermakna pula bahwa secara potensial manusia percaya atau beriman kepada ajaran agama yang diciptakan Allah yang Maha Kuasa.

[9] Artinya manusia adalah makhluk yang diberikan Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk.
[10] Munir,el misbah,1976,petikan sejarah dari Al-Qur’an,bandung,alma’arif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar