Sabtu, 02 Juni 2012

karya tulis


GURU PROFESIONAL
Ahmad Ian Fachrizal
Abstrak
Karya tulis ini ditujukan untuk semua calon guru yang merupakan fasilitator, komunikator, motivator, konselor, dan administrator dalam segala bentuk kegiatan belajar-mengajar untuk dapat belajar menjadi seorang guru yang profesional, karena guru adalah seorang panutan, teladan, sehingga kemampuan peserta didik sangat bergantung pada faktor seorang guru selain tentunya faktor dari peserta didik itu sendiri serta faktor eksternal lainnya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu mengembangkan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Selain itu, guru juga harus dapat membimbing peserta didik untuk menjadi seseorang yang berkepribadian baik sesuai dengan harapan para orang tua peserta didik menyekolahkan anak-anknya. Para orang tua peserta didik sangat berharap anak-anaknya dapat menjadi orang yang pandai dalam akademik, pandai dalam bergaul, sopan, dan cukup mempunyai bekal ilmu agama.
Kata kunci        : guru, fasilitator, komunikator, motivator, konselor, administrator, profesional, panutan, teladan, peserta didik, bakat,   minat, kemampuan, akademik, dan ilmu agama.
A. Latar Belakang
Guru atau tenaga kependidikan yang profesional adalah salah satu syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas SDM. Selain itu, sarana dan prasana gedung serta buku atau kurikulum yang menunjang juga mempunyai andil yang besar.
Keberhasilan guru dalam mendidik peserta didiknya adalah salah satu kunci dalam pembangunan pendidikan. Oleh karena itu, guru harus dapat menjadi fasilitator, komunikator, motivator, konselor, dan administrator yang baik kepada peserta didiknya.
Tak diragukan lagi bahwa semua peserta didik mendambakan seorang sosok guru yang profesional. Guru profesional adalah guru yang mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan contoh atau keteladanan, mampu menguasai ilmunya dengan baik, mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Ilmunya bagaikan air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.
            Pada saat ini, sosok guru profesional yang diperlukan adalah pertama, guru yang memahami benar akan profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia, dia adalah sosok yang selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho-Nya. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Hanya memberi tak harap kembali.
            Kedua, Guru yang profesional memiliki sifat selalu berkata benar, penyampai yang baik, kredibel, dan cerdas. Guru yang memiliki keempat sifat itu adalah guru yang mampu memberikan keteladanan dalam hidupnya karena memiliki budi pekerti yang luhur. Selalu berkata benar, mengajarkan kebaikan, dapat dipercaya, dan memiliki kecerdasan yang luar biasa.
Jika pendidikan di negeri kita ini telah berjalan dengan baik, tentunya akan banyak menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi ini, maka dari itu sebaiknya pemerintah melakukan investasi pendidikan sejak usia dini. Artinya, guru-guru profesional harus mulai ditempatkan pada tingkatan belajar yang paling rendah, seperti di PAUD, TK, dll.
Namun, dalam kenyataannya dunia pendidikan kita amat memprihatinkan, banyak guru (pendidik) belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.    Bagaimana cara untuk menjadi seorang guru profesional?
B. Pembahasan
Guru yang profesional harus memiliki lima kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki terpancar jelas dari karakter dan perilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, ataupun dalam hidup di tengah-tengah masyarakat. Kelima kecerdasan itu :
a)      Kecerdasan Intelektual
b)      Kecerdasan Moral
c)      Kecerdasan Sosial
d)      Kecerdasan Emosional
e)      Kecerdasan Motorik
Kelima aspek di atas harus dimiliki oleh guru profesional. Kelima aspek tersebut sangatlah berkaitan satu sama lain, artinya tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat dikurangi lagi. Jadi, untuk menjadi guru ideal yang juga profesional diharapkan mampu mempunyai kelima aspek di atas. Untuk mendapatkan kelima aspek di atas, guru haruslah fleksibel dengan perkembangan zaman.
Bila kecerdasan intelektual tidak diimbangi dengan kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang hanya mementingkan keberhasilan ketimbang proses tersebut. Segala cara dianggap halal, yang penting target semaksimal mungkin tercapai. Inilah yang terjadi di masyarakat kita sehingga banyak kasus seperti contek massal dan korupsi merajalela. Karena itu kecerdasan moral akan mengawal kecerdasan intelektual sehingga mampu berlaku jujur dalam situasi apapun. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan.
Selain kecerdasan intelektual dan moral, kecerdasan sosial juga harus dimiliki oleh guru profesional agar tidak egois, dan selalu memperdulikan orang lain yang membutuhkan pertolongannya. Dia pun harus mampu bekerja sama dengan karakter orang lain yang berbeda. Kecerdasan emosional harus ditumbuhkan agar guru tidak mudah marah, tersinggung, dan melecehkan orang lain. Dia harus memiliki sifat penyabar dan pemaaf.
Sedangkan kecerdasan motorik diperlukan agar guru mampu melakukan mobilisasi yang tinggi sehingga mampu bersaing dalam memeroleh hasil maksimal. Kecerdasan motorik harus senantiasa dilatih agar guru dapat menjadi kreatif dan berprestasi. Dia memiliki ambisi dan cita- cita yang tinggi seperti bintang di langit. Tak salah bila pada akhirnya peserta didik mengatakan, “guruku mampu menggapai bintang di langit.”
Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila kita berprofesi sebagai guru harus mampu berlomba-lomba untuk menjadi sosok guru profesioanal. Profesional di mata peserta didik, profesional di mata masyarakat, dan profesional di mata Tuhan YME. Apabila semakin banyak guru profesional yang tersebar di sekolah-sekolah kita, maka sudah dapat dipastikan akan banyak sekolah-sekolah berkualitas yang mampu melahirkan peserta didik sempurna.
Selain itu, seorang guru dapat dikatakan profesional jika telah mencukupi prinsip-prinsip profesionalitas, seperti harus memiliki minat, bakat, panggilan jiwa, dan idealisme. Guru juga harus memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidangnya.
Apabila kita mencermati prinsip-prinsip profesionalitas di atas, kondisi kerja pada dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut :
a)      Banyak guru di dunia pendidikan Indonesia ini belum memiliki panggilan jiwa, sehingga kinerja mereka tak jarang menjadi sewenang-wenang ketika mengajar.
b)      Kualifikasi dan latar belakang yang tidak sesuai dengan tugas di lapangan, sehingga menimbulkan permasalahan bagi peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, guru harus mampu untuk menguasai penuh sesuai bidang pelajaran yang dikuasainya.
Artinya, guru haruslah memiliki naluri mendidik, setidaknya memiliki pengertian dan pemahaman terhadap peserta didik. Guru harus memiliki panggilan jiwa yang alamiah agar dalam melaksanakan tugasnya tidak sewenang-wenang dan memperhatikan serta mengerti kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didiknya.
Menyadari betapa bahayanya jika kelemahan-kelemahan di atas tidak dapat segera teratasi yang dapat banyak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru dalam dunia pendidikan, seperti tidak adanya lagi kepercayaan peserta didik terhadap seorang guru hanya dikarenakan guru yang tidak berkompeten dan berbuat sewenang-sewenangnya saja.
Oleh karena itu, harus segera dilakukan solusi yang tepat, misalnya dengan menyelenggarakan kepelatihan, baik dari pemerintah melalui Kementerian Pendidikan maupun dari sekolah-sekolah itu sendiri. Solusi lain adalah dengan membuat suatu kompetisi yang sehat antar guru tingkat sederajat maupun lintas derajat, sehingga dengan adanya kompetisi antar guru semacam itu diharapkan mampu melahirkan guru-guru yang memang benar-benar berkualitas serta profesional.
Banyak cara menjadi guru profesional, salah satunya adalah mengetahui hakikat dari fungsi pendidikan itu sendiri.
Menurut Ki Hajar Dewantara, fungsi pendidik hendaknya dapat menjadi contoh atau teladan, menjadi penggerak bila berada di tengah-tengah siswa, dan mengikuti sambil mengawasi dari belakang (2011:13).[1]


Selain cara tersebut, terdapat cara lain yakni berusaha untuk mengajar seefektif mungkin. Karena kualitas dan keberhasilan siswa dalam belajar banyak ditentukan oleh bagaimana guru dalam mengajar yang dipengaruhi oleh bagaimana kompetensi yang dimiliki guru. Oleh karena itu, saat ini guru harus mampu mengubah data-data yang kurang baik pada tahun-tahun sebelumnya tentang keefektifan guru dalam mengajar menjadi lebih baik lagi.
Tabel 1. Data Mata Pelajaran Guru Efektif dan Guru Tidak Efektif
Mata Pelajaran
Guru Efektif
Jumlah
Guru Tidak Efektif
Jumlah
VIII-3
VIII-4
VIII-3
VIII-4
PLKJ
0
0
0
7
14
21
B.Indo
2
0
2
2
1
3
B.Ing
0
1
1
0
21
21
Mtk
20
7
27
3
4
7
Penjas
0
1
1
0
1
1
IPA
8
20
28
2
0
2
IPS
3
4
7
28
0
28
TIK
2
2
4
0
0
0
PKN
7
6
13
0
0
0
Jumlah
42
41
83
42
41
83
Sumber : Jurnal Perbedaan Karakteristik Kepribadian Guru yang Efektif dan Tidak Efektif
Berdasarkan data pada tabel tersebut, masih banyak guru tidak efektif terutama pada bidang pelajaran IPS, sebanyak 28 guru masih tidak efektif dalam mengajar. Hal ini dapat diubah apabila kita sebagai calon guru nantinya mampu untuk dapat profesional dalam mengajar, sehingga kita akan lebih efektif lagi dalam mengajar.
Gambar 1.Guru sedang mengajarkan murid sebuah metode yang efektif dalam belajar
http://supriyadikaranganyar.files.wordpress.com/2012/05/ciri-ciri-bangun-datar_01.jpg
Sumber : http://supriyadikaranganyar.wordpress.com/2012/05/12/bagaimana-menyampaikan-konsep-bangun-datar-dengan-tik-lebih-jauh-pemanfaatan-komputer-untuk-interaktifitas-satu-kelas/
C. Kesimpulan
            Guru merupakan faktor utama dalam pembangunan pendidikan di Indonesia, keberhasilan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia bergantung pada seorang pendidik. Apabila seorang guru mampu menjalankan tugasnya dengan baik, maka tidak diragukan lagi akan kualitas yang baik terhadap hasil didikannya. Peserta didik yang dididik oleh guru profesional tentu akan dapat menjadi harapan bagi pembangunan nasional. Kita berharap hasil didikan kita dapat menjadi seorang yang sukses dalam berbagai hal.
Oleh karena itu, kita sebagai calon guru harus berusaha keras untuk menjadi seorang guru yang profesional, selain itu kita juga harus mampu memperbaiki moral dan perilaku kita baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga peserta didik dapat menjadikan kita sebagai panutan.

Daftar Pustaka

Eka.2010.“Kompetensi guru dalam meningkatkan profesionalisme guru.” http://www.scribd.com/doc/28526777/Makalah-Kompetensi-Guru-dalam-Meningkatkan-Profesionalisme-Guru diakses tanggal 25 Mei 2012 pukul 14.21.

Supriyadi.2012.” Bagaimana Menyampaikan Konsep Bangun Datar dengan TIK? (Lebih Jauh Pemanfaatan Komputer untuk Interaktifitas Satu Kelas).” http://supriyadikaranganyar.wordpress.com/2012/05/12/bagaimana-menyampaikan-konsep-bangun-datar-dengan-tik-lebih-jauh-pemanfaatan-komputer-untuk-interaktifitas-satu-kelas/ diakses tanggal 29 Mei 2012 pukul 17.05.

Martini Meilanie,Sri.2011.Pengantar Ilmu Pendidikan.Jakarta:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.

Deasanti.2010.”Perbedaan Karakteristik Kepribadian Guru yang Efektif dan yang Tidak Efektif.”Perspektif Ilmu Pendidikan.21.Jakarta:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.54-63.

Soetrisno,Loekman.1994.Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Indonesia.Jakarta:Grasindo.

Mulyasa.2005.Menjadi Guru Profesional.Bandung:Rosda.



[1] Sri Martini Meilanie, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, (2011).

Rabu, 30 Mei 2012

taufik ismail


kata pengantar
taufiq Ismail merupakan tokoh pupuler dalam dunia sastra Indonesia, sastrawan ternama di Indonesia, budayawan papan atas Indonesia dengan sederet penghargaan yang tidak hanya lefel nasional bahkan level internasional. Taufiq Ismail juga seorang sastrawan produktif yang telah menghasilkan ratusan puisi, karya terjemahan, cerpen, essai sastra,dan karya tulis lain. Namanya pantas disejajarkan dengan sastrawan populer seperti Chairil AnwarAmir Hamzah,, Emha Ainun Nadjib dan Sapardi Djoko Damono.

Puisi-puisinya telah dirangkum dan diterbitkan dalam berbagai antologi puisi baik perseorangan maupun kolaborasi dengan penyair lainnya. Kecemerlangannya dalam dunia sastra mengantarkan beliau ke American Field Service Interntional School untuk mengikuti pendidikan Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS melalui program beasiswa tahun 1956-1957.

Selain sederet prestasi, penghargaan dan karya sastra, Taufik Ismail juga populer sebagai sastrawan yang memiliki ideliasme tinggi walaupun harus mengorbankan karir dan pekerjaan. Ini dibuktikan tahun 1964 ketika ia dipecat sebagai pegawai negeri oleh pemerintah Soekarno karena menandatangani manifest kebudayaan bersama budayawan dan sastrawan yang menentang komunisme. Ia akhirnya gagal menempuh pendidikan di Universitas Kentucky dan Florida.

Prestasinya juga diakui dunia internasional hingga pernah di undang Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia menjadi pembicara dan pegarang tamu. Ia juga sering mewakili Indonesia dalam festival sastra di 24 kota di Asia, Amerika, Australia, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina.Taufik juga sering didaulat membacakan puisi-puisinya di berbagai ajang nasional maupun internasional. Dibidang musik, Taufik juga mahir menciptakan lagu. Ia bersama Bimbo Chrisye, Ian Antono, dan Ucok Harahap menjalin kerjasama di bidang music tahun 1974.

Biodata Taufik Ismail
Nama
Taufik Ismail
Tanggal Lahir
25 Juni 1935
Tempat lahir
Bukit Tinggi
Istri
Esiyati Yatim
Anak
Bram Ismail
Tempat tinggal
Jalan Utan Kayu Raya 66-E, Jakarta 13120
Pendidikan Formal
  1. Sekolah Rakyat (Yogyakarta)
  2. SMP (Bukittinggi)
  3. SMA (Bogor)
  4. Fakultas Kedokteran Hewan IPB (tamat1963)
Pendidikan Kilat
  1. American Field Service Interntional School guna mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS (1956-1957)
  2. International Writing Program, University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat (1971–1972 dan 1991–1992)
  3. Faculty of Languange and Literature, American University in Cairo, Mesir (1993)
Aktivitas Organisasi dan sosial
  1. Ketua Senat Mahasiswa FKHP UI (1960–1961)
  2. Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (1960–1962)
  3. Kolumnis Harian KAMI pada tahun 1966-1970
  4. Bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman mendirikan Yayasan Indonesia
  5. Mendirikan majalah sastra Horison (1966).
  6. Pemimpin Majalah Hirison Sampai sekarang
  7. Pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ),
  8. PendiriTaman Ismail Marzuki (TIM),
  9. Pendiri Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) (1968).
  10. Sekretaris Pelaksana DKJ,
  11. Pj. Direktur TIM,
  12. Rektor LPKJ (1968–1978).
  13. Ketua Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1984-86)
  14. Sekretaris PII Cabang Pekalongan
  15. Pengurus perpustakaan PII, Pekalongan (1954-56)
  16. Pendiri Badan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya (1985)
  17. Tahun 1974–1976 terpilih sebagai anggota Dewan Penyantun Board of Trustees AFS International, New York
  18. Manajer Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978-1990).
  19. Anggota Badan Pertimbangan Bahasa, Pusat Bahasa dan konsultan Balai Pustaka (Sampai sekarang)
  20. Aktif sebagai redaktur senior majalah Horison (Sampai sekarang)
Aktifitas di dunia pendidikan
  1. Guru bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor (1963-1965)
  2. Guru Ilmu Pengantar Peternakan di Pesantren Darul Fallah, Ciampea (1962)
  3. Asisten dosen Manajemen Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan IPB (1961-1964)
Karya sastra
  1. Tirani, Birpen KAMI Pusat (1966)
  2. Benteng, Litera ( 1966)
  3. Buku Tamu Musium Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta (buklet baca puisi) (1972)
  4. Sajak Ladang Jagung, Pustaka Jaya (1974)
  5. Kenalkan, Saya Hewan (sajak anak-anak), Aries Lima (1976)
  6. Puisi-puisi Langit, Yayasan Ananda (buklet baca puisi) (1990)
  7. Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda (cetak ulang gabungan) (1993)
  8. Prahara Budaya (bersama D.S. Moeljanto), Mizan (1995)
  9. Ketika Kata Ketika Warna (editor bersama Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabbar, Amri Yahya, dan Agus Dermawan, antologi puisi 50 penyair dan repoduksi lukisan 50 pelukis, dua bahasa, memperingati ulangtahun ke-50 RI), Yayasan Ananda (1995)
  10.  Seulawah — Antologi Sastra Aceh (editor bersama L.K. Ara dan Hasyim K.S.), Yayasan Nusantara bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Khusus Istimewa Aceh (1995)
  11. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda (1998)
  12. Dari Fansuri ke Handayani (editor bersama Hamid Jabbar, Herry Dim, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2001), Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2001)
  13. Horison Sastra Indonesia, empat jilid meliputi Kitab Puisi (1), Kitab Cerita Pendek (2), Kitab Nukilan Novel (3), dan Kitab Drama (4) (editor bersama Hamid Jabbar, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Herry Dim, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2000-2001, Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2002)
Karya terjemahan
  1. Banjour Tristesse (terjemahan novel karya Francoise Sagan, 1960)
  2. Cerita tentang Atom (terjemahan karya Mau Freeman, 1962)
  3. Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam (dari buku The Reconstruction of Religious Thought in Islam, M. Iqbal (bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad), Tintamas (1964)
Penghargaan
  1. Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1970)
  2. Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977)
  3. South East Asia (SEA) Write Award dari Kerajaan Thailand (1994)
  4. Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994)
  5. Sastrawan Nusantara dari Negeri Johor, Malaysia (1999)
  6. Doctor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (2003)


Referensi: www.gbiografi.com