ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN MANUSIA
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisasi tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek biologis. Karena setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lain saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
Perkembangan
manusia dipengaruhi oleh beberapa aspek :
1.
Fisik
Kondisi jasmaniah
seseorang dapat mempengaruhi karakteristik kepribadiannya. Kretchmer dan
William Sheldon melalui teorinya tentang tipologi kepribadian menyatakan bahwa
karakteristik psikologis (kepribadian) manusia berkaitan dengan bentuk
tubuhnya.
Perkembangan fisik
mencakup dua aspek utama yaitu aspek anatomis (berkaitan dengan perubahan
kuantitatif pada struktur tulang, indeks tinggi, berat badan dan proporsi antar
bagian) dan aspek fisiologis. Laju perkembangan anatomis secara umum ialah :
a.
Berat dan tinggi badan pada
waktu lahir antara 2 – 4 kg dan 50 – 60 cm. Masa kanak-kanak sekitar 12 – 15 kg
dan 90 – 120 cm. Pada remaja awal 30 – 40 kg dan 140 – 160 cm. Selanjutnya
kecepatan berangsur dan bahkan menjadi mapan.
b.
Tulang-tulang pada masa bayi
berjumlah 270 yang masih lentur berpori dan persambungannya masih longgar. Pada
awal remaja menjadi 350 dan pada awal dewasa menjai 200 integrasi, persenyawaan
dan pergeseran.
c.
Proporsi tinggi kepala dan
badan pada masa bayi dan anak sekitar 1 : 4 dan menjelang dewasa menjai 1 : 8
atau 0.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks
dan sangat mengagumkan. Semua
organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan
perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa
perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf, yang
sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) Otot-otot, yang
mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) Kelenjar
Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada
usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang
sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) Struktur Fisik/Tubuh,
yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Awal dari perkembangan pribadi seseorang asasnya bersifat
biologis. Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya, normlitas dari
konstitusi, struktur dan kondisi talian dengan masalah Body-Image,
self-concept, self-esteem dan rasa harga dirinya. Perkembangannya fisik ini
mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
1. Perkembangan
anatomis
Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan
kuantitatif pada struktur tulang belulang. Indeks tinggi dan berat badan,
proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan badan secara
keseluruhan.
2. Perkembangan
fisiologi
Perkembangan
fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif,
kualitatif dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti konstraksi
otot, peredaran darah dan pernafasan, persyaratan, sekresi kelenjcar dan
pencernaan.
Aspek fisiologi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia adalah otak (brain). Otak dapat dikatakan sebagai pusat atau sentral
perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Otak ini terdiri atas 100 miliar sel
syaraf (neuron), dan setiap sel syaraf tersebut, rata-rata memiliki sekitar
3000 koneksi (hubungan) dengan sel-sel syaraf yang lainnya. Neuron ini terdiri
dari inti sel (nucleus) dan sel body yang berfungsi sebagai penyalur aktivitas
dari sel syaraf yang satu ke sel yang lainnya
2. Intelektual
Perkembangan
intelektual anak merupakan salah satu aspek penting dalam psikologi
perkembangan anak. Gerakan anak yang lincah dan dinamis memperlihatkan
perkembangan intelektualitas yang sangat potensial. Sebaliknya, anak yang
terlalu diam justru perlu dirangsang untuk mengembangkan aspek
intelktualitasnya tersebut. Namun sayangnya, banyak orang tua yang justru
seakan terbebani dengan anak yang terlalu lincah dan menganggapnya sebagai
kenakalan sehingga sering diredam dan dimarahi. Bila ini dilakukan justru dapat
menghambat perkembangan intelektualitas anak.
3. Sosial
Secara potensial (fitriah) manusia dilahirkan sebagai
makhluk sosial (zoon politicon), kata Plato. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus berada
dalam interaksi dengan lingkungan manusia-manusia lain (ingat kisah Singh Zingh
di India dan Itard di Perancis, bayi yang disusui dan dibesarkan binatang tidak
dapat dididik kembali untuk menjadi manusia biasa).
1) Proses
sosialisasi dan perkembangan sosial
Secepat
individu menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula
menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogianya ia perbuat seperti yang
diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi makhluk sosial ini disebut
sosialisasi.
Loree (1970:86) dengan menyitir pendapat English &
English (1958) menjelaskan lebih lanjut bahwa sosialisasi itu merupakan suatu
proses di mana individu (terutama anak) melatih kepekaan dirinya terhadap
rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan
(kelornpoknya); belajar bergaul dengan dan bertingkah laku seperti orang lain,
bertingkah laku di dalam lingkungan sosio-kulturalnya.
Perkembangan
sosial, dengan demikian dapat diartikan sebagai sequence dari perubahan yang
bersinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi rnakhluk sosial yang
dewasa. Charlotte Buhier mengidentifikasikan perkembangan sosial ini dalam term
kesadaran hubungan aku engkau atau hubungan subjektif-objektif. Proses
perkembangannya berlangsung secara berirama.
2) Kecenderungan
Pola Orientasi Sosial
Branson
(Loree, 1970:87-89) mengidentifikasi berdasarkan hasil studi longitudinalnya
terhadap anak usia 5-16 tahun bahwa ada tiga pola kecenderungan sosial pada
anak, ialah (1) withdrawal-expansive, (2) reactivity-placidity dan
passivity-dominance. Kalau seseorang telah memperhatikan orientasinya pada
salah satu pola tersebut, maka cenderung diikutinya sampai dewasa.
4. Moral
a. Perkembangan Moral
Istilah
moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat
peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau
prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti (a) seruan untuk berbuat
baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan
dan memelihara hak orang lain, dan (b) larangan mencuri, berzina, membunuh,
meminum minuman keras dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila
tingkah laku tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tingi
kelompok sosialnya.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Perkembangan
moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan Anak memperoleh
nilai-nilai moral dan lingkungannya dan orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal
nilai-nilai sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral anak,
peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil.
Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan Perkembangan
moral anak, di antaranya sebagai berikut.
1.
Kolsisten dalam
rnendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama
dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu ke pada anak. Suatu
tingkah laku anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga
dilarang apabila dilakukan kembali pada waktu lain.
2. Sikap orangtua dalarn
keluarga
Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak,
sikap ayah dan ibu, atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral
anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi) Sikap orangtua yang keras (otoriter)
cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh
tak acuh, atau sikap masa bodoh cenderung mengembangkan sikap kurang
bertanggung jawab dan kurang mempedulikan norma pada din anak. Sikap yang
sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih sayang keterbukaan,
musyawarah (dialogis), dan konsisten
3. Penghayatan dan
pengamalan agama yang dianut
Orang tua merupakan panut (teladah) bagi anak, termasuk di sini panutan
dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religius
(agamis) dengan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai
agama kepada anak, maka anak akan mengalami Perkembangan moral yang baik.
4. Sikap orangtua dalam
menerapkan norma
Orang
yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka
harus menjauhka dirinya dan Perilaku berbohong atau tidak jujur.
c. Proses
Perkembangan Moral
Perkembangan
moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai berikut.
1. Pendidikan langsung, yaitu melalui
penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan
buruk oleh orangtua, guru atau orang dewasa lainnya. Di samping itu, yang
paling penting dalam pendidikan moral mi, adalah keteladanan dan orangtua, guru
atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral
2. Identifikasi, yaitu dengan cara
mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang
menjadi idolanya (seperti orangtua, guru, kiai, artis atau orang dewasa
lainnya).
3. Proses coba-coba (trial &
error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba.
Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus .di
kembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan
dihentikannya.
5. Bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi,
dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk
mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan,
isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka.
Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia
dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah Swt, yang dengannya manusia
dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya
serta mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan mengembangkan
budayanya.
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir
individu. Perkembangan pikiran
individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk
pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun,
yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju
perkembangan itu sebagai berikut.
a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun
pendapat positif, seperti: “bapak makan”.
b. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun
pendapat negatif (menyangkal), seperti: “Bapak tidak makan”.
c. Pada
usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat:
1) Kritikan:
“ini tidak boleh, ini tidak baik”.
2) Keragu-raguan:
barangkali, mungkin, bisa jadi, ini terjadi apabila anak sudah
menyadari akan kemungkinan ke khilafannya.
3)
Menarik kesimpulan analogi, seperti: anak melihat ayahnya tidur karena sakit,
pada waktu lain anak melihat ibunya tidur, dia mengatakan bahwa ibu tidur
karena sakit.
Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau
menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila
anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat
menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman,
yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang
lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami kegiatan
/gerakan atau gesturenya (bahasa tubuhnya).
2. Pengembangan
Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua
tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan
terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3. Penyusunan
Kata-kata menjadt kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada
umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah
kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai: “gesture” untuk
melengkapi cara benpikirnya.
4.
Ucapan. Kemampuan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan)
terhadap suara-suara yang didengar anak dan orang lain (terutama orangtuanya).
Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau
mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya.
Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. Hasil studi
tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan
dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu.
Perkembangan
bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu:
1. Faktor Kesehatan. Kesehatan
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama
pada usia awal kehidupannya. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak
mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami
kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya. Oleh karena itu, untuk
memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orangtua perlu memper hatikan
kondisi kesehatan anak. Upaya yang dapat ditempuh adalah dengan cara memberikan
ASI, makanan yang bergizi, memelihara kebersihan tubuh anak atau secara reguler
memeriksakan anak ke dokter atau ke puskesmas.
2. Inteligensi
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensinya. Anak yang
perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai inteligensi normal atau di
atas normal.).
3. Status
Sosial Ekonorni Keluarga. Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan
bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang
berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasa
dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi
ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan
belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa
anaknya), atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E. Hurlock. 1956).
4. Jenis
kelamin (Sex). Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam
vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita
menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.
5. Hubungan Keluarga. Hubungan ini
dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungan keluarga, terutama dengan orangtua yang mengajar, melatih dan
memberikan contoh berbahasa kepada anak
6. Emosi dan Perasaan
Emosi
adalah suatu keadaan pada diri organisme ataupun individu pada suatu waktu
tertentu yang diwarnai dengan adanya gradasi efektif mulai dari tingkatan yang
lemah sampai pada tingkatan yang kuat (mendalam) seperti tidak terlalu kecewa
dan sangat kecewa.
Berbagai
emosi dapat muncul dalam diri seperti sedih, gembira, kecewa, benci, cinta,
sedih, dll. Sebutan yang diberikan pada emosi tersebut akan mempengaruhi
bagaimana anak berpikir dan bertindak mengenai perasaan tersebut. Sejak kecil
ia sudah mulai membedakan antara perasaan yang satu dengan yang lain, karena
perbedaan tanggapan yang diberikan orangtua terhadap berbagai perasaan dan
tingkah lakunya. Berkembangnya emosi anak tidak terlepas dari hubungan social
dengan sesamanya. Kemampuan untuk membedakan emosi seseorang tidak hanya
berkembang sejalan dengan bertambahnya usia tetapi juga bagaimana emosi orang-orang
di sekitarnya.
Pemenuhan
kebutuhan emosi anak yang optimal akan mendukung tumbuh kembang anak menyangkut
kepercayaan diri dan hubungan sosial dengan orang lain maupun lingkungan
sekitarnya. Kebutuhan emosi ini diberikan oleh orang tua melalui perhatian,
kasih sayang dan kepedulian.
Dengan
lingkungan yang kondusif dan membuat anak merasa nyaman dan terlindungi akan
sangat membantu tumbuh kembang anak menjadi sosok pribadi yang matang, tidak
mudah emosial dan bertanggung jawab.
Emosi
menjadi sulit untuk didefinisikan oleh karena sifatnya yang tidak tetap. Emosi
jenis yang satu seringkali menunjukkan perubahan fisiologis yang sama dengan
emosi jenis yang lain. Seperti takut dan terkejut tampil dalam perubahan
fisiologis dan ekspresi yang hampir sama. Demikian juga dengan perasaan sedih
dan gembira yang mendalam (sama sama menangis)..
7. Minat
Minat
berhubungan dengan aaspek kognitif, afektif, dan motoric yang merupakan sumber
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang di inginkan. Minat juga
berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan dapat menimbulkan kepuasan
bagi dirinya. Minat berbeda dengan kesenangan. Kesenangan merupakan minat yang
sifatnya sementara sedangkan minat bersifat tetap dan ada unsur memenuhi.
Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan akan semakin kuat minat
tersebut, begitu juga sebaliknya.
8. Motivasi
Motivasi
adalah kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan, dan cita-cita
yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan tujuan
yang diinginkan.
Ada
tiga komponen utama yang sangat berpengaruh dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan,
(ii) dorongan, (iii) tujuan. Kebutuhan akan terjadi apabila ada
ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang diharapkan. Dorongan
merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau
pencapaian tujuan. Sedangkan tujuan adalah yang ingin dicapai oleh seorang
individu dan tujuan tersebut akan mengarahkan perilaku yaitu perilaku belajar.karena
motivasi sangat berhubungan dengan kebutuhan
Motivasi
belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi dalam
belajar adalah sebagai berikut :
1. Menyadarkan
pentingnya kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir di dalam
belajar.
2. Menginformasikan
tentang pentingnya kekuatan usaha belajar yang di bandingkan dengan teman
sebaya.
3. Mengarahkan
kegiatan belajar
4. Membesarkan
semangat belajar
5. Menyadarkan
tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela – selanya
adalah istirahat atau bermain ) yang berkesinambungan , yang mana individu
dilatih untuk menggunakan kekuatanya sedimikian rupa agar dapat berhasil.
Sedangkan
bagi guru pentingnya pemahaman dan pengetahuan tentang motivasi belajar pada
siswa adalah sebagai berikut :
1. Membangkitkan
, meningkatkan , dan memelihara semangat belajar siswa sampai berhasil.
2. Mengetahui
dan memahami bahwa motivasi siswa bermacam – macam.
3. Meningkatkan
dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam – macam peran dalam
pembelajaran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi,
penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik
4. Member
peluang bagi guru untuk “unjuk kerja” dalam rekayasa pedagogis (perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan pendidikan).
9. Sikap
Sikap
merupakan kesiapan atau keadaan siap untuk timbulnya suatu perbuatan atau
tingkah laku. Sikap juga merupakan organisasi keyakinan-keyakinan seseorang
mengenai objek atau situasi yang relative, yang memberi dasar kepada orang
tersebut untuk membuat respon dalam cara tertentu. Sikap merupakan penentu
dalam tingkah laku manusia sebagai reaksi sikap selalu berhubungan dengan dua
hal yaitu like atau dislike. Mengacu pada adanya factor perbedaan individu
9pengalaman, latar belakang, pendidikan, kecerdasan,dll) maka reaksi yang
dimunculkan terhadap suatu objek akan berbeda kepada setiap orang.
Sikap
mempunyai 3 komponen dasar :
a.
Komponen Kognisi :
berhubungan dengan belief, ide, dan konsep.
b.
Komponen Afeksi :
berhubungan dengan dimensi emosional seseorang
c.
Komponen Konsasi :
berhubungan dengan kecendrungan untuk bertingkah laku.
10. Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dan Bahasa
Inggris o7iai’t’ istilah personality secara etimologis berasal dan bahasa Latin
“person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para
pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan
karakter pribad Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa pemain
sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan
satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya; seorang pemurung, pendiam,
periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi persona itu bukan pribadi
pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dan tipe manusia tertentu dengan
melalui kedok yang dipakainya.
Kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas
perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara
unik” Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek
kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut.
1) Karakter, yaitu
konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika pen laku, konsisten atau teguh tidaknya
dalam memegang pendirian atau pendapat.
2) Temperamen, yaitu
disposisi reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
3) Sikap terhadap objek
(orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang bersifat positif, negatif
atau ambivalen (ragu-ragu).
4) Stabilitas emosi, yaitu
kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dan lingkungan. Seperti:
mudah tidaknya tersinggung marah, sedih atau putus asa.
5) ResponsibilitaS
(tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dan tindakan atau perbuatan
yang dilakukan. Seperti: mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri risiko yang dihadapi.
6) Sosiabilitas, yaitu
disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Disposisi ini
seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka; dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain.
11. Bakat dan Kreativitas
Bakat
merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan
atau dilatih. Pada dasarnya setiap manusia memiliki bakat Bakat yang dimiliki
oleh seseorang dalam bidang tertentu memungkinkan mencapai prestasi pada bidang
tersebut. Untuk itu diperlukan adanya dorongan asosiasi dan moral dari
lingkungan yang terdekat. Bakat yang ada bersifat akademik dan non akademik.
Kreativitas
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mencipta suatu produk baru.
Kreativitas juga berhubungan dengan kemampuan untuk membuat kombinasi –
kombinasi baru atau melihat hubungan – hubungan baru antar unsur, data atau hal
– hal yang sudah ada sebelumnya
Pada
dasarnya setiap individu memiliki potensi kreatif. Permasalahnnya adalah apakah
individu yang bersangkutan mendapatkan rangsangan mental dan suasana yang
kondusif baik di keluarga maupun di sekolah untuk mengembangkan potensi
kreatifnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar