Kamis, 10 Mei 2012

MASALAH – MASALAH DALAM PERIODE BAYI


MASALAH – MASALAH DALAM PERIODE BAYI
Dalam periode perkembangan bayi terdapat masalah masalah yang bias membahayakan secara fisik maupun psikologis yang perlu menjadi perhatian orang tua dan lingkungannya.
Masalah yang berkaitan dengan fisik :
1.       Gangguan gagal tumbuh
Gangguan pertumbuhan atau sering disebut gagal tumbuh atau Failure to thrive bukanlah suatu diagnosis, tetapi merupakan terminologi yang dipakai untuk menyatakan masalah khusus. Istilah gagal tumbuh dipakai untuk menggambarkan anak yang tak dapat tumbuh sesuai harapan. Kegagalan bertumbuh atau lebih khusus adalah kegagalan mendapatkan kenaikan berat badan meskipun pada kasus tertentu juga disertai terjadi gangguan pertumbuhan linear dan lingkar kepala dibandingkan anak lainnya yang seusia atau sama jenis kelaminnya
Gangguan pertumbuhan pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kualitas dan jumlah asupan kalori pada anak. Kualitas dan jumlah kalori tergantung beberapa hal diantaranya adalah masukan kalori yang tidak adekuat, absorpsi (penyerapan) tidak adekuat dan kebutuhan kalori yang meningkat.
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masalah kesehatan yang sangat penting untuk selalu diperhatikan sejak dini.  Seringkali gangguan pertumbuhan terjadi setelah usia 6 bulan tak terdeteksi dengan baik. Keadaan ini baru disadari setelah usia agak besar. Bila gangguan pertumbuhan terjadi, biasanya juga disertai kekurangan nutrisi lainnya, seperti zat besi, kalsium, mineral dan vitamin lainnya.
Oleh sebab itu, pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat penting. Selain dapat menentukan pola normal pertumbuhan anak, juga dapat menentukan permasalahan dan faktor yang memengaruhi dan mengganggu pertumbuhan anak sejak dini. Bila diketahui secara dini, maka pencegahan dan penanganan gangguan pertumbuhan tersebut dapat diatasi sejak dini. Sayangnya, hampir 85% lebih buku kesehatan anak yang berobat ke dokter anak atau ke dokter justru tidak pernah digambarkan grafik pertumbuhan berat badan
Penyebab gangguan gagal tumbuh sangat banyak dan bervariasi. Penyebab paling sering tetapi paling tak disadari orang tua dan klinisi adalah gangguan fungsi saluran cerna. Hal ini sering diabaikan karena gangguan saluran cerna memiliki tanda dan gejala sangat ringan dan sering dianggap normal.
Gangguan ini seringkali terjadi sejak usia 6 bulan, saat bayi mulai diberi makanan tambahan baru. Hal ini terjadi karena gangguan pada fungsi saluran cerna akibat pengaruh reaksi simpang makanan seperti alergi makanan, intoleransi makanan dan seliak.
Gangguan tersebut dapat dikenali pada anak sesuai tahapan usianya. Pada usia bayi, tampak anak sering rewel, kolik atau menangis terus menerus tanpa sebab pada malam hari (terutama usia dibawah 3 bulan), sering cegukan, sering ngiler (drooling), sering “berak ngeden”, kembung, sering gumoh, berak berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna darah. Sering buang air besar lebih dari 2 kali perhari atau buang air besar tidak setiap hari.
Kerusakan otak atau susunan saraf pusat, juga dapat menyebabkan gangguan kesulitan makan sehingga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan. Penyebab lain adalah ketidaknormalan jantung dan sistem pernapasan, yang mengakibatkan gangguan distribusi oksigen dan nutrisi pada seluruh tubuh seperti gagal jantung kongestif, cystic fibrosis, nemia atau kelainan darah lain, Fetal alcohol syndrome, Keracunan makanan, Penyakit keganasan, kemiskinan dan child abuse.
Penderita gangguan gagal tumbuh yang mengalami gangguan pada saluran cerna biasanya sering disertai oleh gangguan kulit. Gangguan kulit tersebut meliputi kulit yang kering pada kaki dan tangan dan sensitif pada hidung. Kulit sangat kusam dan kasar dan bersisik. Biasanya disertai gangguan kulit bintil-bintil atau sering disebut dermatitis herpertiformis
2.       Berat Badan Kurang (Kekurangan energi kronis)
Sampai saat ini, angka kematian bayi di Indonesia ternyata masih cukup tinggi. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya beratbadan bayi saat lahir (BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah), Yakni kurang dari 2500 gr. BBLR bisa disebabkanoleh kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu), atau karena pertumbuhan janin terlambat (PJT). PJT dapatdisebabkan beberapa hal seperti status gizi kurang pada ibu hamil, kebiasaan merokokdan minum-minuman beralkohol.
Seperti kita ketahui, bila makanan yang dikomsumsi kurang baik dari segi kwalitas dan kuantitasnya, maka daya tahan tubuh pun akan menurun. Akibatnya, tubuh akan mudah terkena penyakit. Seorang wanita yang ingin hamil, haruslah mempunyai tubuh yang sehat dengan status gizi yang baik, yang seyogiya dipersiapkan sebelum kehamilan terjadi. Mengapa? Karena, kondisi gizi ibu ini akan langsung mempengaruhi status gizi, pembentukan organ, pertumbuhan dan perkembangan organ serta fungsi organ janin. Hal ini artinya bila komposisi makanan ibu hamil tidak memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun secara kuantitas, akan berpengaruh pada janinnya. Artinya, janin akan mendapat pengaruh yang buruk.
Pada tiga bulan pertama kehamilan, janin berada dalam periode pembentukan organ. Bila status gizi ibu hamil tidak baik, seperti difisiensi asam folat, mikro elemen seng, dan zat gizi lainnya maka pembentukan otak pun tak bisa berjalan dengan optimal. Bukan tidak mungkin, hal ini akan berakibat terjadi cacat bawaan pada susunan syaraf pusat dan otak janin. Tentu saja berat ringannya kelainnan ini bergantung pada seberapa berat kondisi gizi yang rendah pada ibu hamil tidak bisa dianggap remeh. Apalagi mengingat kerusakan yang diakibatkan, bila hal itu terjadi diawal trimester pertama, tidak bisa diperbaiki. Sedangkan untuk trimester kedua, kondisi gizi yang buruk dapat mengakibatkan ukuran kepala janin kecil. Hal ini berkaitan erat dengan perkembangan potensi inteligensia yang tidak optimal.
Salah satu cara mengatasi masalah-masalah berkenaan dengan berat badan kurang adalah dengan selalu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Dengan demikian, pertambahan berat badan bisa terus dipantau. Apakah ibu kekurangan berat badan atau tidak, dan apakah penambahan berat badan selama kehamilan cukup atau tidak, serta apakah makanan yang dikomsumsi ibu sudah seimbang dan mencukupi kebutuhan diri dan janinnya. Bila terjadi kekurangan, tentunya harus segera dilakukan peningkatan, yaitu dengan menambah jumlah dan variasi makanan yang akan dikonsumsi ibu hamil. Bila perlu, mungkin   dokter akan memberikan suplementasi vitamin dan mineral.
Kernicterus adalah suatu bentuk kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit kuning pada bayi yang baru lahir. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi cerebral palsy dan pendengaran, serta bisa mengakibatkan kesulitan belajar. 

Sakit kuning disebabkan oleh bilirubin, pigmen berwarna kuning yang dibuat oleh hati memasuki aliran darah. Ini dapat mengubah kulit dan mata berwarna kuning. Penyakit kuning memang umum terjadi pada bayi yang baru lahir, dan biasanya akan hilang dengan sendirinya. Namun, jika bayi memiliki jumlah bilirubin yang berlebihan dan tidak mendapatkan perawatan, bilirubin bisa sampai ke otak, sehingga menyebabkan kernicterus.
 

Gejala kernicterus diantaranya, warna kulit yang sangat kuning, ngantuk yang berlebihan sehingga bayi sulit dibangunkan, rewel dan sering menangis keras serta tubuh sangat lemah. Kernicterus dapat diatasi dengan fototerapi, dengan meletakkan bayi di bawah sinar atau lampu biru. Atau jika kondisi sudah sangat ekstrim, dokter akan melakukan pertukaran tranfusi untuk mengeluarkan bilirubin dari darah.
 
3.       Pola tidur tidak teratur.
Pada bulan pertama, bayi tidur selama 13-16 jam sehari, tapi dalam pola yang tidak teratur. Ketika menginjak usia 4-6 bulan, bayi seharusnya sudah mengembangkan pola tidur yang teratur dan bisa tidur sepanjang malam. Namun, bayi yang mengalami masalah perkembangan tidak punya pola tidur yang teratur. Waktu tidur bayi tidak konsisten dan dia tidak   bisa tertidur sendiri. Pantau selalu tidur bayi untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan seperti sleep apnea (napas terhenti). Gangguan tidur ini  bisa mempengaruhi kualitas tidurnya. Kurang tidur menciptakan reaksi berantai pada perilakunya di siang hari, misalnya anak rewel atau terlalu aktif. 
4.       Pola makan tidak teratur. 
Makanan yang cukup dan sehat selama satu tahun pertama penting karena pertumbuhan dan perkembangan bayi banyak terjadi di tahun pertama hidupnya. Disarankan bayi makan sesuai   kebutuhannya, kapanpun dia lapar tidak perlu dijadwalkan.  Bayi pasti membentuk pola makannya sendiri. Seiring dia tumbuh, pola makannya tumbuh juga. Jarak waktu antar makan semakin jauh dan bayi akan makan dengan lahap. Lihat tanda-tanda apakah bayi sudah cukup makan. Bayi yang makan dengan baik dalam dua minggu   akan mendapatkan berat badannya kembali sama seperti ketika dia lahir. Karena biasanya bayi  berkurang berat badannya setelah lahir. Berat badan bayi  normalnya akan bertambah sekitar 1-1,5 ons perhari.
5.       Hampir selalu menangis.
Menangis adalah bentuk komunikasi bayi pada orang tuanya. Hal ini normal dilakukan oleh bayi ketika dia merasa lapar, mengantuk, butuh perhatian, merasa tidak nyaman, popoknya perlu diganti dan lain-lain. Biasanya begitu kebutuhannya terpenuhi, bayi akan berhenti menangis. Memang adakalanya Anda kesulitan untuk mengetahui penyebab dia menangis. Tapi  bayi yang punya masalah dalam pertumbuhannya hampir selalu menangis. Menghadapi bayi dengan tenang membantu Anda mengenali kebutuhan si kecil.
6.       Hampir selalu rewel.
Bayi biasanya rewel ketika dia berusia 2-3 minggu dengan puncaknya pada usia 6 minggu. Rewelnya akan hilang  di usia 3-4 bulan. Biasanya berlangsung 2-4 jam sehari. Rewel yang normal, umumnya terjadi di waktu yang sama setiap hari dengan intensitas yang sama. Bayi juga merespon hal yang sama ketika ditenangkan, seperti digendong atau diayun-ayun. Namun, cara tersebut hanya belangsung beberapa hari sehingga Anda butuh menggunakan cara berbeda untuk menenangkannya. Bayi yang punya masalah perkembangan hampir selalu merasa terganggu. Bila mulai  rewel, dia  sulit   ditenangkan. Waspada bila hal ini terjadi ketika sudah lewat usia 4 bulan, bisa jadi bayi mengalami cidera fisik seperti terkilir atau patah tulang, atau bayi menderita penyakit. 
7.       Jarang bersuara.
Bayi mulai mengeluarkan suara “ooh” atau “aah” sekitar usia 2-3 bulan. Ketika menginjak usia 4-6 bulan bayi mulai mengoceh (babling) mengeluarkan kata “da-da” atau “ma-ma.” Dia tampak memberi respon ketika Anda tertawa atau menggelitikinya. Bayi menyerap kata-kata yang dia dengar, sehingga jika Anda ingin membantu perkembangan bahasanya ajak anak bicara atau bacakan dia buku cerita. Penting juga bagi Anda untuk mendengarkan dengan menatap matanya ketika dia ngoceh. Anda harus waspada bila usia 6 bulan anak tidak mengeluarkan suara atau berhenti ngoceh. Bawa anak ke dokter untuk membicarakan kemungkinan bayi mengalami keterlambatan bahasa atau punya masalah pendengaran. 
8.       Tidak tertarik dengan mainannya
Ketika menginjak usia 2-4 bulan, bayi mulai tertarik pada benda-benda  di sekitarnya. Anda bisa berikan dia mainan yang mengeluarkan bunyi, seperti rattle atau mainan bertekstur seperti soft book. Sayangnya rentang konsentrasi bayi memang masih pendek. Ketika Anda berikan mainan, bayi hanya mainkan sebentar kemudian sudah dia lupakan. Walaupun hanya sebentar, tapi si kecil sudah menunjukkan minatnya ketika disodori mainan tersebut. Anda tidak juga perlu khawatir bila si kecil lebih memilih memainkan benda-benda lain yang bukan mainannya seperti sendok atau gelas plastik. Bayi usia 5-6 bulan sudah bisa duduk dan menjangkau benda-benda yang ada di sekitarnya yang menarik perhatiannya. Bayi selalu tertarik dengan benda baru dan tidak harus berbentuk mainan. Anda harus waspada bila bayi tidak tertarik dengan benda-benda baru yang Anda berikan padanya.
9.       Tidak menatap mata.
Sekitar usia 6-8 minggu, bayi mulai melakukan kontak mata untuk pertama kali. Peristiwa ini sepertinya hanya sesuatu yang sederhana, tapi menunjukkan otak bayi berkembang dengan baik. Kontak mata juga menunjukkan perkembangan kemampuan komunikasinya. Milestone bayi memang tidak selalu sama. Bila bayi menatap Anda, tapi tidak fokus melihat Anda, mungkin perkembangannya hanya sedikit terlambat. Namun, jika hingga usia bayi lebih dari 3 bulan dan belum melakukan kontak mata, sebaiknya ajak bayi ke dokter untuk melakukan tes untuk mengetahui apakah bayi Anda mengalami masalah mata atau justru menemukan masalah lainnya. 

Masalah yang berkaitan dengan psikologis :
1.       Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.
2.       Gangguan Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).
3.       Gangguan Spektrum Autism
Gangguan pada perkembangan yang mengakibatkan anak (sejak lahir atau beberapa bulan setelah lahir) mengalami kelambatan dan penyimpangan dari pola perilaku normal pada 3 area perilaku:
•    Hubungan sosial dan interaksi.
•    Bahasa dan komunikasi.
•    Kegiatan dan minat.

Penyebab:
1.  Cedera otak di bagian yang berperan memroses informasi sosial atau area fusiform yaitu  area untuk bisa mempersepsi wajah. Pada anak normal yang diberi gambar wajah, respon pada area otak ini aktif. Sedangkan pada penyandang spektrum autisme, area ini pasif.
2.  Genetis yang menampilkan gejala-gejala:
•    Tidak ada kontak mata.
•    Butuh kesamaan dan terstruktur (mengulang-ulang).
•    Resisten terhadap perubahan.

Gejala pada bayi. Gejala ringan bisa dikenali. Gejala yang lebih berat bisa dikenali pada usia 18 bulan sampai 36 bulan. Itu sebabnya orang tua harus memantau sungguh-sungguh perubahan yang terjadi pada anak. Bila gejalanya sudah terlihat sejak usia 12 bulan atau kurang, bisa diambil tindakan untuk menguranginya.
Gejala awal mudah diketahui karena tampak berbeda dengan bayi normal. Bayi  dengan spektrum autisme tampak manis, tenang dan tidak penuntut. Ia menarik diri, tidak mencari perhatian dan tidak bergerak untuk meraih mainan yang ada di dekatnya.   Kebanyakan orang tua salah memahami hal ini. Bayi dengan karakteristik seperti ini memang lebih mudah dirawat, tapi gejala ini perlu diwaspadai. Perhatikan tanda-tanda ini:
•  Salah satu gejala awal adalah bila bayi tidak menatap mata Anda atau tidak mencari sumber suara saat namanya dipanggil. 
•  Tidak memberi respons senyum.
•  Tidak berekspresi terhadap apa yang Anda lakukan.
•  Tidak berusaha bicara (babbling atau mendekut).
•  Secara visual, bayi tidak tertarik pada apa pun yang melintas di depan matanya.

Penyandang spektrum autisme mengalami masalah:
1. Tidur. Biasanya insomnia. Itu sebabnya orang tua anak penyandang autisme biasanya kurang tidur.
2. Makan. Masalah makan dan pencernaan sehingga orang tua cemas dibuatnya. Picky eater dan resisten dengan menu makanan baru. Orang tua harus dilatih mengelola perilaku ini untuk mengurangi stres di dalam keluarga.
3. Penginderaan. Terjadi pelemahan pada pemrosesan inderawi seperti pencecap, penciuman, penglihatan dan pendengaran. Situasi ini kerap tidak terdeteksi, sehingga hanya bisa dilihat dari perilaku. Misalnya anak marah karena mencium sesuatu yang bagi orang lain  bukan masalah.

Beberapa spektrum autisme
Autisme klasik, autisme dengan kesulitan interaksi sosial, komunikasi verbal dan nonverbal, berperilaku mengulang dan minat yang obsesif, misalnya berminat pada dinosaurus secara terus menerus dan selalu diulang-ulang.
Sindroma asperger, berupa tertahannya keterampilan awal bicara dan perbendaharaan kata sangat terbatas. Seringkali punya minat terhadap topik tertentu dalam kurun waktu lama. Mereka biasa punya ritual yang terbatas, kesulitan dengan pergaulan dan canggung (clumsy).
Gangguan integrasi, ditandai dengan perkembangan normal di awal-awal usianya, kemudian mengalami kehilangan yang sangat berarti di bidang keterampilan sosial, bahasa dan keterampilan fisik. Kadang-kadang juga menjadi retardasi mental.
Sindroma Rett, berkaitan dengan kromosom X. Terjadi mutasi gen yang menyebabkan kematian pada bayi laki-laki saat lahir. Pada anak perempuan, awalnya berkembang normal sampai usia 18 bulan, kemudian mengalami kelambatan bahkan kemunduran, khususnya di bidang keterampilan bahasa dan penggunaan tangan. Terapi fisik, bicara dan pekerjaan bisa diberikan untuk membantu mengatasi masalah koordinasi, gerak dan bicara.
Gangguan perkembangan, kondisi ini didiagnosa bila terdapat beberapa gejala autisme tetapi tidak terdapat gejala spesifik lainnya. Tipe ini merupakan tipe autisme yang lebih ringan dibanding autisme klasik.  






















PERAN LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI

Generasi unggul tidak tumbuh dengan sendirinya. Laju tumbuh kembang dan tingkat inteligensia seorang anak sebenarnya tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan saja. Ada tiga faktor yang saling memengaruhi, yaitu genetik atau keturunan, faktor lingkungan, dan faktor gizi.
Faktor genetik, meski tidak bisa kita ubah, hanya berkontribusi sekitar 30 persen saja. Sisanya, faktor gizi dan lingkungan (pengasuhan dan stimulasi), bisa dirangsang sebelum dan sesudah si kecil lahir.
Para ahli menemukan bahwa 20 persen tingkat kecerdasan terbentuk di dalam kandungan. Menurut dr Koesnadi Rusmil SpA (K), sel-sel otak janin terbentuk sejak usia tiga bulan dalam kandungan dan berlanjut sampai anak berusia tiga hingga lima tahun. Jumlah sel otak tumbuh mencapai miliaran, tetapi belum ada hubungan antarsel. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antarsel otak ditentukan stimulasi lingkungan.
Tidak pernah ada kata terlalu awal untuk mulai memberikan stimulasi. “Sejak dalam kandungan, bayi sudah bisa distimulasi dengan cara mengajaknya berkomunikasi, menyentuh perut, mendengarkan musik, atau lantunan Al Quran,” kata dr Koesnadi, ahli tumbuh kembang anak dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, dalam acara media workshop yang diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu lalu.
Setelah lahir, stimulasi harus terus dilakukan untuk meningkatkan koneksi otaknya. Stimulasi pada usia dini bisa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari, seperti saat menyusui, menggendong, memandikan, atau memakaikan baju. Stimulasi pada bayi berusia kurang dari tiga bulan dilakukan dengan mengupayakan rasa aman dan nyaman, misalnya dengan memeluk, menatap mata, atau mengajak berbicara.
Para pakar perkembangan anak menegaskan bahwa lingkungan merupakan salah satu elemen penting untuk kecerdasan bayi. Bayi yang dibesarkan di lingkungan yang penuh kasih sayang dan aman akan memiliki emosi yang baik. Sebuah studi menemukan bahwa anak yang mengalami masalah dalam kehidupan awalnya memiliki otak yang ukurannya 30 persen lebih kecil daripada anak yang normal.
“Stimulasi harus diberikan dalam suasana menyenangkan dan penuh kasih sayang. Orangtua juga harus peka terhadap kebutuhan anak,” kata psikolog anak, Efriyani Djuwita MSi. Ini berarti orangtua memerhatikan minat, keinginan, atau pendapat anak. “Tiap anak adalah unik dan memiliki perbedaan individual. Orangtua sebaiknya menyesuaikan,” tambah psikolog yang akrab disapa Ita ini.
Pemberian stimulasi hendaknya juga memerhatikan waktu. “Ada critical atau sensitive periode di mana rangsangan akan lebih mudah diserap atau diterima anak. Intinya sesuaikan dengan perkembangan yang sudah dikuasai anak, misalnya sebelum mengajarkan menulis, ajari dulu anak cara memegang pensil,” imbuhnya. Orangtua juga jangan memaksakan kehendak jika anak sedang mengantuk, bosan, atau ingin melakukan permainan yang lain.
Menurut dr Koesnadi, agar stimulasi yang diberikan lebih optimal, stimulasi harus diberikan bertahap, dalam berbagai variasi dan berulang-ulang. Sel-sel saraf dalam otak merupakan suatu jaringan sel yang berfungsi sebagai “kabel telepon” yang secara teratur akan saling mengirimkan gelombang elektronik berupa sinyal atau “pesan”.
Aktivitas listrik yang terjadi secara berulang-ulang atau kontinu pada sel-sel otak si kecil inilah yang akan mampu mengubah struktur fisik otak secara luar biasa sehingga menghasilkan kemampuan-kemampuan baru sebagai proses perkembangan fungsi otak. Semakin sering otak menerima “data”, semakin sering pula suatu kemampuan diasah sehingga mencapai tahap “mahir” atau piawai.
Stimulasi yang bervariasi dalam suasana yang menyenangkan tidak hanya memacu berbagai aspek kecerdasan anak, tetapi juga membuat anak bahagia. Itu sebabnya, Ita menekankan relasi yang dekat antara orangtua dan anak. Jika orangtua sama-sama sibuk bekerja di luar rumah, perlu diperhatikan waktu yang berkualitas (quality time). Misalnya memanfaatkan waktu makan bersama untuk mengenalkan aneka ragam makanan, membacakan buku cerita sambil menemani anak minum susu, atau berolahraga dan mengenal alam pada akhir pekan.
“Orangtua harus menciptakan rasa aman dan mendorong keberanian anak berkreasi. Berikan pujian atas keberhasilan anak berperilaku baik dan berikan koreksi bila anak membuat kesalahan,” urai Ita.
Kebutuhan nutrisi
Selain stimulasi dini, agar tumbuh kembang optimal, kebutuhan nutrisi anak juga harus dipenuhi sejak dalam kandungan. Kebutuhan nutrisi termasuk pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI yang sehat dan bergizi. Untuk membantu perkembangan otak bayi, anak butuh nutrisi yang cukup berupa protein, energi, serta asam lemak esensial seperti AA, DHA, asam amino esensial, serta mineral.
Di otak, DHA adalah membran yang paling penting berkaitan dengan fungsi sambungan antar sel-sel saraf. Sementara asam amino esensial dibutuhkan karena tubuh bayi tidak dapat memproduksinya. Asam amino esensial, seperti tirosin dan triptofan, bersama-sama dengan mineral dan kolin akan membuat kinerja otak lebih baik lagi untuk tumbuh kembang optimal.
Selain kualitas, kuantitas makanan bayi juga perlu diperhatikan. Hendaknya nutrisi makro dan mikro diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG). Hal ini bisa dipenuhi dari tiga kali makan utama, dua kali makanan selingan (snack), dan dua gelas susu setiap hari.
Jumlah percabangan saraf (sinaps) di otak bayi akan bertambah atau berkurang tergantung apakah otak diberi stimulasi atau tidak. Untuk merangsang perkembangan anak, orangtua bisa melakukannya melalui berbagai aktivitas yang menyenangkan, mulai dari bermain “ciluk-ba”, hingga mengajak anak melakukan kegiatan luar ruang.
Menurut dr. Koesnadi Rusmil, Sp.A (K) ahli tumbuh kembang anak dari RS Hasan Sadikin Bandung, usia 0-5 tahun merupakan periode emas untuk tumbuh kembang anak. “Pada periode ini anak bisa dirangsang untuk mencapai kecerdasan yang lebih tinggi,” paparnya dalam acara media edukasi yang diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu silam. Lebih lanjut, ia menguraikan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan orangtua untuk menstimulasi perkembangan otak anak.
Usia 0-3 bulan
Stimulasi dilakukan dengan mengupayakan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan.  Antara lain dengan memeluk, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, dan berbicara. Anda juga bisa merangsang indera penglihatan dan pendengaran dengan cara membunyikan mainan berbunyi atau berwarna mencolok.
Usia 3-6 bulan
Di usia ini stimulasi ditambah dengan bermain “cilukba”. Bayi dirangsang untuk tengkurap, telentang, bolak- balik, serta duduk.
Usia 6-9 bulan
Ajak anak bersalaman, memanggil namanya, dibacakan dongeng, serta dirangsang untuk berdiri.
Usia 9-12 bulan
Rangsang kreativitasnya dengan cara mengajak ia bermain balok atau memasukkan mainan ke wadah. Ajar anak menyebut mama-papa, ibu-ayah, atau kakak.
Usia 12-18 bulan
Biarkan anak berlatih mencorat-coret dengan pensil warna, bermain boneka, belajar berjalan, menendang bola, serta menggunakan alat makan.



DAFTAR PUSTAKA :
http://babyorchestra.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar