MASALAH – MASALAH DALAM PERIODE BAYI
Dalam periode perkembangan bayi terdapat
masalah masalah yang bias membahayakan secara fisik maupun psikologis yang
perlu menjadi perhatian orang tua dan lingkungannya.
Masalah yang berkaitan dengan fisik :
1. Gangguan gagal tumbuh
Gangguan
pertumbuhan atau sering disebut gagal tumbuh atau Failure to thrive bukanlah
suatu diagnosis, tetapi merupakan terminologi yang dipakai untuk menyatakan
masalah khusus. Istilah gagal tumbuh dipakai untuk menggambarkan anak yang tak
dapat tumbuh sesuai harapan. Kegagalan bertumbuh atau lebih khusus adalah
kegagalan mendapatkan kenaikan berat badan meskipun pada kasus tertentu juga
disertai terjadi gangguan pertumbuhan linear dan lingkar kepala dibandingkan
anak lainnya yang seusia atau sama jenis kelaminnya
Gangguan
pertumbuhan pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kualitas dan jumlah asupan
kalori pada anak. Kualitas
dan jumlah kalori tergantung beberapa hal diantaranya adalah masukan kalori
yang tidak adekuat, absorpsi (penyerapan) tidak adekuat dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
Pertumbuhan
dan perkembangan anak adalah masalah kesehatan yang sangat penting untuk selalu
diperhatikan sejak dini. Seringkali gangguan pertumbuhan terjadi setelah
usia 6 bulan tak terdeteksi dengan baik. Keadaan ini baru disadari setelah usia
agak besar. Bila gangguan pertumbuhan terjadi, biasanya juga disertai
kekurangan nutrisi lainnya, seperti zat besi, kalsium, mineral dan vitamin
lainnya.
Oleh
sebab itu, pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat penting. Selain dapat
menentukan pola normal pertumbuhan anak, juga dapat menentukan permasalahan dan
faktor yang memengaruhi dan mengganggu pertumbuhan anak sejak dini. Bila
diketahui secara dini, maka pencegahan dan penanganan gangguan pertumbuhan
tersebut dapat diatasi sejak dini. Sayangnya, hampir 85% lebih buku kesehatan
anak yang berobat ke dokter anak atau ke dokter justru tidak pernah digambarkan
grafik pertumbuhan berat badan
Penyebab
gangguan gagal tumbuh sangat banyak dan bervariasi. Penyebab paling sering
tetapi paling tak disadari orang tua dan klinisi adalah gangguan fungsi saluran cerna. Hal ini sering diabaikan
karena gangguan saluran cerna memiliki tanda dan gejala sangat ringan dan
sering dianggap normal.
Gangguan
ini seringkali terjadi sejak usia 6 bulan, saat bayi mulai diberi makanan
tambahan baru. Hal ini terjadi karena gangguan pada fungsi saluran cerna akibat
pengaruh reaksi simpang makanan seperti alergi makanan, intoleransi makanan dan
seliak.
Gangguan
tersebut dapat dikenali pada anak sesuai tahapan usianya. Pada usia bayi,
tampak anak sering rewel, kolik atau menangis terus menerus tanpa sebab pada
malam hari (terutama usia dibawah 3 bulan), sering cegukan, sering ngiler
(drooling), sering “berak ngeden”, kembung, sering gumoh, berak berwarna hitam
atau hijau, berak timbul warna darah. Sering buang air besar lebih dari 2 kali
perhari atau buang air besar tidak setiap hari.
Kerusakan
otak atau susunan saraf pusat, juga dapat menyebabkan gangguan kesulitan makan
sehingga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan. Penyebab lain adalah
ketidaknormalan jantung dan sistem pernapasan, yang mengakibatkan gangguan
distribusi oksigen dan nutrisi pada seluruh tubuh seperti gagal jantung
kongestif, cystic fibrosis, nemia atau kelainan darah lain, Fetal
alcohol syndrome, Keracunan makanan, Penyakit keganasan, kemiskinan
dan child abuse.
Penderita
gangguan gagal tumbuh yang mengalami gangguan pada saluran cerna biasanya
sering disertai oleh gangguan kulit. Gangguan kulit tersebut meliputi kulit
yang kering pada kaki dan tangan dan sensitif pada hidung. Kulit sangat kusam
dan kasar dan bersisik. Biasanya disertai gangguan kulit bintil-bintil atau
sering disebut dermatitis herpertiformis
Sampai saat ini, angka
kematian bayi di
Indonesia ternyata masih cukup tinggi. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya
beratbadan bayi saat lahir (BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah), Yakni kurang dari
2500 gr. BBLR bisa disebabkanoleh kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu),
atau karena pertumbuhan janin terlambat (PJT). PJT dapatdisebabkan beberapa hal seperti status gizi kurang pada ibu hamil, kebiasaan
merokokdan minum-minuman beralkohol.
Seperti kita ketahui, bila makanan yang
dikomsumsi kurang baik dari segi kwalitas dan kuantitasnya, maka daya tahan
tubuh pun akan menurun. Akibatnya, tubuh akan mudah terkena penyakit. Seorang
wanita yang ingin hamil, haruslah
mempunyai tubuh yang sehat dengan status gizi yang baik, yang seyogiya
dipersiapkan sebelum kehamilan terjadi. Mengapa? Karena, kondisi gizi ibu ini
akan langsung mempengaruhi status gizi, pembentukan organ, pertumbuhan dan
perkembangan organ serta fungsi organ janin. Hal ini
artinya bila komposisi makanan ibu hamil tidak memenuhi syarat, baik secara
kualitas maupun secara kuantitas, akan berpengaruh pada janinnya. Artinya,
janin akan mendapat pengaruh yang buruk.
Pada tiga bulan pertama kehamilan, janin
berada dalam periode pembentukan organ. Bila status gizi ibu hamil tidak baik,
seperti difisiensi asam folat, mikro elemen seng, dan zat gizi lainnya maka
pembentukan otak pun tak bisa berjalan dengan optimal. Bukan tidak mungkin, hal
ini akan berakibat terjadi cacat bawaan pada susunan syaraf pusat dan otak
janin. Tentu saja berat ringannya kelainnan ini bergantung pada seberapa berat
kondisi gizi yang rendah pada ibu hamil tidak bisa dianggap remeh. Apalagi
mengingat kerusakan yang diakibatkan, bila hal itu terjadi diawal trimester pertama, tidak bisa diperbaiki. Sedangkan untuk trimester kedua, kondisi gizi
yang buruk dapat mengakibatkan ukuran kepala janin kecil. Hal ini berkaitan
erat dengan perkembangan potensi inteligensia yang tidak optimal.
Salah satu cara mengatasi masalah-masalah
berkenaan dengan berat badan kurang adalah
dengan selalu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Dengan demikian,
pertambahan berat badan bisa terus dipantau. Apakah ibu kekurangan berat badan atau
tidak, dan apakah penambahan berat badan selama kehamilan cukup atau tidak,
serta apakah makanan yang dikomsumsi ibu sudah seimbang dan mencukupi kebutuhan
diri dan janinnya. Bila terjadi kekurangan, tentunya harus segera dilakukan
peningkatan, yaitu dengan menambah jumlah dan variasi makanan yang akan
dikonsumsi ibu hamil. Bila perlu, mungkin dokter akan memberikan
suplementasi vitamin dan mineral.
Kernicterus adalah suatu bentuk kerusakan otak yang
disebabkan oleh penyakit kuning pada bayi yang baru lahir. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan pada fungsi cerebral palsy dan pendengaran, serta bisa
mengakibatkan kesulitan belajar.
Sakit kuning disebabkan oleh bilirubin, pigmen berwarna kuning yang dibuat oleh hati memasuki aliran darah. Ini dapat mengubah kulit dan mata berwarna kuning. Penyakit kuning memang umum terjadi pada bayi yang baru lahir, dan biasanya akan hilang dengan sendirinya. Namun, jika bayi memiliki jumlah bilirubin yang berlebihan dan tidak mendapatkan perawatan, bilirubin bisa sampai ke otak, sehingga menyebabkan kernicterus.
Gejala kernicterus diantaranya, warna kulit yang sangat kuning, ngantuk yang berlebihan sehingga bayi sulit dibangunkan, rewel dan sering menangis keras serta tubuh sangat lemah. Kernicterus dapat diatasi dengan fototerapi, dengan meletakkan bayi di bawah sinar atau lampu biru. Atau jika kondisi sudah sangat ekstrim, dokter akan melakukan pertukaran tranfusi untuk mengeluarkan bilirubin dari darah.
Sakit kuning disebabkan oleh bilirubin, pigmen berwarna kuning yang dibuat oleh hati memasuki aliran darah. Ini dapat mengubah kulit dan mata berwarna kuning. Penyakit kuning memang umum terjadi pada bayi yang baru lahir, dan biasanya akan hilang dengan sendirinya. Namun, jika bayi memiliki jumlah bilirubin yang berlebihan dan tidak mendapatkan perawatan, bilirubin bisa sampai ke otak, sehingga menyebabkan kernicterus.
Gejala kernicterus diantaranya, warna kulit yang sangat kuning, ngantuk yang berlebihan sehingga bayi sulit dibangunkan, rewel dan sering menangis keras serta tubuh sangat lemah. Kernicterus dapat diatasi dengan fototerapi, dengan meletakkan bayi di bawah sinar atau lampu biru. Atau jika kondisi sudah sangat ekstrim, dokter akan melakukan pertukaran tranfusi untuk mengeluarkan bilirubin dari darah.
3.
Pola tidur tidak teratur.
Pada
bulan pertama, bayi tidur selama 13-16 jam sehari, tapi dalam pola yang tidak
teratur. Ketika menginjak usia 4-6 bulan, bayi seharusnya sudah mengembangkan
pola tidur yang teratur dan bisa tidur sepanjang malam. Namun, bayi yang
mengalami masalah perkembangan tidak punya pola tidur yang teratur. Waktu tidur
bayi tidak konsisten dan dia tidak bisa tertidur sendiri. Pantau
selalu tidur bayi untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan seperti sleep
apnea (napas terhenti). Gangguan tidur ini bisa mempengaruhi kualitas
tidurnya. Kurang tidur menciptakan reaksi berantai pada perilakunya di siang
hari, misalnya anak rewel atau terlalu aktif.
4.
Pola makan tidak teratur.
Makanan
yang cukup dan sehat selama satu tahun pertama penting karena pertumbuhan dan
perkembangan bayi banyak terjadi di tahun pertama hidupnya. Disarankan bayi
makan sesuai kebutuhannya, kapanpun dia lapar tidak perlu
dijadwalkan. Bayi pasti membentuk pola makannya sendiri. Seiring dia
tumbuh, pola makannya tumbuh juga. Jarak waktu antar makan semakin jauh dan
bayi akan makan dengan lahap. Lihat tanda-tanda apakah bayi sudah cukup makan.
Bayi yang makan dengan baik dalam dua minggu akan mendapatkan berat
badannya kembali sama seperti ketika dia lahir. Karena biasanya bayi
berkurang berat badannya setelah lahir. Berat badan bayi normalnya akan
bertambah sekitar 1-1,5 ons perhari.
5.
Hampir selalu menangis.
Menangis
adalah bentuk komunikasi bayi pada orang tuanya. Hal ini normal dilakukan oleh
bayi ketika dia merasa lapar, mengantuk, butuh perhatian, merasa tidak nyaman,
popoknya perlu diganti dan lain-lain. Biasanya begitu kebutuhannya terpenuhi,
bayi akan berhenti menangis. Memang adakalanya Anda kesulitan untuk mengetahui
penyebab dia menangis. Tapi bayi yang punya masalah dalam pertumbuhannya
hampir selalu menangis. Menghadapi bayi dengan tenang membantu Anda mengenali
kebutuhan si kecil.
6.
Hampir selalu rewel.
Bayi
biasanya rewel ketika dia berusia 2-3 minggu dengan puncaknya pada usia 6
minggu. Rewelnya akan hilang di usia 3-4 bulan. Biasanya berlangsung 2-4
jam sehari. Rewel yang normal, umumnya terjadi di waktu yang sama setiap hari
dengan intensitas yang sama. Bayi juga merespon hal yang sama ketika
ditenangkan, seperti digendong atau diayun-ayun. Namun, cara tersebut hanya
belangsung beberapa hari sehingga Anda butuh menggunakan cara berbeda untuk
menenangkannya. Bayi yang punya masalah perkembangan hampir selalu merasa
terganggu. Bila mulai rewel, dia sulit ditenangkan.
Waspada bila hal ini terjadi ketika sudah lewat usia 4 bulan, bisa jadi bayi
mengalami cidera fisik seperti terkilir atau patah tulang, atau bayi menderita
penyakit.
7.
Jarang bersuara.
Bayi
mulai mengeluarkan suara “ooh” atau “aah” sekitar usia 2-3 bulan. Ketika
menginjak usia 4-6 bulan bayi mulai mengoceh (babling) mengeluarkan kata
“da-da” atau “ma-ma.” Dia tampak memberi respon ketika Anda tertawa atau
menggelitikinya. Bayi menyerap kata-kata yang dia dengar, sehingga jika Anda
ingin membantu perkembangan bahasanya ajak anak bicara atau bacakan dia buku
cerita. Penting juga bagi Anda untuk mendengarkan dengan menatap matanya ketika
dia ngoceh. Anda harus waspada bila usia 6 bulan anak tidak mengeluarkan suara
atau berhenti ngoceh. Bawa anak ke dokter untuk membicarakan kemungkinan bayi
mengalami keterlambatan bahasa atau punya masalah pendengaran.
8.
Tidak tertarik dengan mainannya
Ketika
menginjak usia 2-4 bulan, bayi mulai tertarik pada benda-benda di
sekitarnya. Anda bisa berikan dia mainan yang mengeluarkan bunyi, seperti
rattle atau mainan bertekstur seperti soft book. Sayangnya rentang konsentrasi
bayi memang masih pendek. Ketika Anda berikan mainan, bayi hanya mainkan
sebentar kemudian sudah dia lupakan. Walaupun hanya sebentar, tapi si kecil
sudah menunjukkan minatnya ketika disodori mainan tersebut. Anda tidak juga
perlu khawatir bila si kecil lebih memilih memainkan benda-benda lain yang
bukan mainannya seperti sendok atau gelas plastik. Bayi usia 5-6 bulan sudah
bisa duduk dan menjangkau benda-benda yang ada di sekitarnya yang menarik
perhatiannya. Bayi selalu tertarik dengan benda baru dan tidak harus berbentuk
mainan. Anda harus waspada bila bayi tidak tertarik dengan benda-benda baru
yang Anda berikan padanya.
9.
Tidak menatap mata.
Sekitar
usia 6-8 minggu, bayi mulai melakukan kontak mata untuk pertama kali. Peristiwa
ini sepertinya hanya sesuatu yang sederhana, tapi menunjukkan otak bayi
berkembang dengan baik. Kontak mata juga menunjukkan perkembangan kemampuan
komunikasinya. Milestone bayi memang tidak selalu sama. Bila bayi menatap Anda,
tapi tidak fokus melihat Anda, mungkin perkembangannya hanya sedikit terlambat.
Namun, jika hingga usia bayi lebih dari 3 bulan dan belum melakukan kontak
mata, sebaiknya ajak bayi ke dokter untuk melakukan tes untuk mengetahui apakah
bayi Anda mengalami masalah mata atau justru menemukan masalah lainnya.
Masalah
yang berkaitan dengan psikologis :
1. Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan
motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab
gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular.
Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik
sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum
tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan
keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan
perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan
serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan
motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering
digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai
kemampuan motorik.
2. Gangguan Perkembangan Bahasa
Kemampuan
bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak. Kemampuan
berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku
(Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan
berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia
rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat,
dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena
adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk
salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya
tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).
3.
Gangguan Spektrum Autism
Gangguan
pada perkembangan yang mengakibatkan anak (sejak lahir atau beberapa bulan
setelah lahir) mengalami kelambatan dan penyimpangan dari pola perilaku normal
pada 3 area perilaku:
• Hubungan sosial dan interaksi.
• Bahasa dan komunikasi.
• Kegiatan dan minat.
Penyebab:
• Hubungan sosial dan interaksi.
• Bahasa dan komunikasi.
• Kegiatan dan minat.
Penyebab:
1. Cedera otak di bagian yang berperan memroses
informasi sosial atau area fusiform yaitu area untuk bisa mempersepsi
wajah. Pada anak normal yang diberi gambar wajah, respon pada area otak ini
aktif. Sedangkan pada penyandang spektrum autisme, area ini pasif.
2. Genetis yang menampilkan gejala-gejala:
•
Tidak ada kontak mata.
• Butuh kesamaan dan terstruktur (mengulang-ulang).
• Resisten terhadap perubahan.
Gejala pada bayi. Gejala ringan bisa dikenali. Gejala yang lebih berat bisa dikenali pada usia 18 bulan sampai 36 bulan. Itu sebabnya orang tua harus memantau sungguh-sungguh perubahan yang terjadi pada anak. Bila gejalanya sudah terlihat sejak usia 12 bulan atau kurang, bisa diambil tindakan untuk menguranginya.
Gejala awal mudah diketahui karena tampak berbeda dengan bayi normal. Bayi dengan spektrum autisme tampak manis, tenang dan tidak penuntut. Ia menarik diri, tidak mencari perhatian dan tidak bergerak untuk meraih mainan yang ada di dekatnya. Kebanyakan orang tua salah memahami hal ini. Bayi dengan karakteristik seperti ini memang lebih mudah dirawat, tapi gejala ini perlu diwaspadai. Perhatikan tanda-tanda ini:
• Salah satu gejala awal adalah bila bayi tidak menatap mata Anda atau tidak mencari sumber suara saat namanya dipanggil.
• Tidak memberi respons senyum.
• Tidak berekspresi terhadap apa yang Anda lakukan.
• Tidak berusaha bicara (babbling atau mendekut).
• Secara visual, bayi tidak tertarik pada apa pun yang melintas di depan matanya.
Penyandang spektrum autisme mengalami masalah:
1. Tidur. Biasanya insomnia. Itu sebabnya orang tua anak penyandang autisme biasanya kurang tidur.
2. Makan. Masalah makan dan pencernaan sehingga orang tua cemas dibuatnya. Picky eater dan resisten dengan menu makanan baru. Orang tua harus dilatih mengelola perilaku ini untuk mengurangi stres di dalam keluarga.
3. Penginderaan. Terjadi pelemahan pada pemrosesan inderawi seperti pencecap, penciuman, penglihatan dan pendengaran. Situasi ini kerap tidak terdeteksi, sehingga hanya bisa dilihat dari perilaku. Misalnya anak marah karena mencium sesuatu yang bagi orang lain bukan masalah.
Beberapa spektrum autisme
• Butuh kesamaan dan terstruktur (mengulang-ulang).
• Resisten terhadap perubahan.
Gejala pada bayi. Gejala ringan bisa dikenali. Gejala yang lebih berat bisa dikenali pada usia 18 bulan sampai 36 bulan. Itu sebabnya orang tua harus memantau sungguh-sungguh perubahan yang terjadi pada anak. Bila gejalanya sudah terlihat sejak usia 12 bulan atau kurang, bisa diambil tindakan untuk menguranginya.
Gejala awal mudah diketahui karena tampak berbeda dengan bayi normal. Bayi dengan spektrum autisme tampak manis, tenang dan tidak penuntut. Ia menarik diri, tidak mencari perhatian dan tidak bergerak untuk meraih mainan yang ada di dekatnya. Kebanyakan orang tua salah memahami hal ini. Bayi dengan karakteristik seperti ini memang lebih mudah dirawat, tapi gejala ini perlu diwaspadai. Perhatikan tanda-tanda ini:
• Salah satu gejala awal adalah bila bayi tidak menatap mata Anda atau tidak mencari sumber suara saat namanya dipanggil.
• Tidak memberi respons senyum.
• Tidak berekspresi terhadap apa yang Anda lakukan.
• Tidak berusaha bicara (babbling atau mendekut).
• Secara visual, bayi tidak tertarik pada apa pun yang melintas di depan matanya.
Penyandang spektrum autisme mengalami masalah:
1. Tidur. Biasanya insomnia. Itu sebabnya orang tua anak penyandang autisme biasanya kurang tidur.
2. Makan. Masalah makan dan pencernaan sehingga orang tua cemas dibuatnya. Picky eater dan resisten dengan menu makanan baru. Orang tua harus dilatih mengelola perilaku ini untuk mengurangi stres di dalam keluarga.
3. Penginderaan. Terjadi pelemahan pada pemrosesan inderawi seperti pencecap, penciuman, penglihatan dan pendengaran. Situasi ini kerap tidak terdeteksi, sehingga hanya bisa dilihat dari perilaku. Misalnya anak marah karena mencium sesuatu yang bagi orang lain bukan masalah.
Beberapa spektrum autisme
Autisme
klasik, autisme
dengan kesulitan interaksi sosial, komunikasi verbal dan nonverbal, berperilaku
mengulang dan minat yang obsesif, misalnya berminat pada dinosaurus secara
terus menerus dan selalu diulang-ulang.
Sindroma
asperger, berupa
tertahannya keterampilan awal bicara dan perbendaharaan kata sangat terbatas.
Seringkali punya minat terhadap topik tertentu dalam kurun waktu lama. Mereka
biasa punya ritual yang terbatas, kesulitan dengan pergaulan dan canggung
(clumsy).
Gangguan
integrasi, ditandai
dengan perkembangan normal di awal-awal usianya, kemudian mengalami kehilangan
yang sangat berarti di bidang keterampilan sosial, bahasa dan keterampilan
fisik. Kadang-kadang juga menjadi retardasi mental.
Sindroma
Rett,
berkaitan dengan kromosom X. Terjadi mutasi gen yang menyebabkan kematian pada
bayi laki-laki saat lahir. Pada anak perempuan, awalnya berkembang normal
sampai usia 18 bulan, kemudian mengalami kelambatan bahkan kemunduran,
khususnya di bidang keterampilan bahasa dan penggunaan tangan. Terapi fisik,
bicara dan pekerjaan bisa diberikan untuk membantu mengatasi masalah
koordinasi, gerak dan bicara.
Gangguan
perkembangan, kondisi
ini didiagnosa bila terdapat beberapa gejala autisme tetapi tidak terdapat
gejala spesifik lainnya. Tipe ini merupakan tipe autisme yang lebih ringan
dibanding autisme klasik.
PERAN LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI
Generasi unggul tidak tumbuh dengan
sendirinya. Laju tumbuh kembang dan tingkat inteligensia seorang anak
sebenarnya tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan saja. Ada tiga faktor yang
saling memengaruhi, yaitu genetik atau keturunan, faktor lingkungan, dan faktor
gizi.
Faktor genetik, meski tidak bisa kita ubah,
hanya berkontribusi sekitar 30 persen saja. Sisanya, faktor gizi dan lingkungan
(pengasuhan dan stimulasi), bisa dirangsang sebelum dan sesudah si kecil lahir.
Para ahli menemukan bahwa 20 persen tingkat kecerdasan terbentuk di dalam kandungan. Menurut dr Koesnadi Rusmil SpA (K), sel-sel otak janin terbentuk sejak usia tiga bulan dalam kandungan dan berlanjut sampai anak berusia tiga hingga lima tahun. Jumlah sel otak tumbuh mencapai miliaran, tetapi belum ada hubungan antarsel. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antarsel otak ditentukan stimulasi lingkungan.
Para ahli menemukan bahwa 20 persen tingkat kecerdasan terbentuk di dalam kandungan. Menurut dr Koesnadi Rusmil SpA (K), sel-sel otak janin terbentuk sejak usia tiga bulan dalam kandungan dan berlanjut sampai anak berusia tiga hingga lima tahun. Jumlah sel otak tumbuh mencapai miliaran, tetapi belum ada hubungan antarsel. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antarsel otak ditentukan stimulasi lingkungan.
Tidak pernah ada kata terlalu awal untuk
mulai memberikan stimulasi. “Sejak dalam kandungan, bayi sudah bisa distimulasi
dengan cara mengajaknya berkomunikasi, menyentuh perut, mendengarkan musik,
atau lantunan Al Quran,” kata dr Koesnadi, ahli tumbuh kembang anak dari Rumah
Sakit Hasan Sadikin, Bandung, dalam acara media workshop yang diadakan oleh
Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu lalu.
Setelah lahir, stimulasi harus terus
dilakukan untuk meningkatkan koneksi otaknya. Stimulasi pada usia dini bisa
dilakukan dalam kegiatan sehari-hari, seperti saat menyusui, menggendong,
memandikan, atau memakaikan baju. Stimulasi pada bayi berusia kurang dari tiga
bulan dilakukan dengan mengupayakan rasa aman dan nyaman, misalnya dengan
memeluk, menatap mata, atau mengajak berbicara.
Para pakar perkembangan anak menegaskan
bahwa lingkungan merupakan salah satu elemen penting untuk kecerdasan bayi.
Bayi yang dibesarkan di lingkungan yang penuh kasih sayang dan aman akan
memiliki emosi yang baik. Sebuah studi menemukan bahwa anak yang mengalami
masalah dalam kehidupan awalnya memiliki otak yang ukurannya 30 persen lebih
kecil daripada anak yang normal.
“Stimulasi harus diberikan dalam suasana
menyenangkan dan penuh kasih sayang. Orangtua juga harus peka terhadap
kebutuhan anak,” kata psikolog anak, Efriyani Djuwita MSi. Ini berarti orangtua
memerhatikan minat, keinginan, atau pendapat anak. “Tiap anak adalah unik dan
memiliki perbedaan individual. Orangtua sebaiknya menyesuaikan,” tambah
psikolog yang akrab disapa Ita ini.
Pemberian stimulasi hendaknya juga
memerhatikan waktu. “Ada critical atau sensitive periode di mana rangsangan
akan lebih mudah diserap atau diterima anak. Intinya sesuaikan dengan
perkembangan yang sudah dikuasai anak, misalnya sebelum mengajarkan menulis,
ajari dulu anak cara memegang pensil,” imbuhnya. Orangtua juga jangan
memaksakan kehendak jika anak sedang mengantuk, bosan, atau ingin melakukan
permainan yang lain.
Menurut dr Koesnadi, agar stimulasi yang
diberikan lebih optimal, stimulasi harus diberikan bertahap, dalam berbagai
variasi dan berulang-ulang. Sel-sel saraf dalam otak merupakan suatu jaringan
sel yang berfungsi sebagai “kabel telepon” yang secara teratur akan saling
mengirimkan gelombang elektronik berupa sinyal atau “pesan”.
Aktivitas listrik yang terjadi secara
berulang-ulang atau kontinu pada sel-sel otak si kecil inilah yang akan mampu
mengubah struktur fisik otak secara luar biasa sehingga menghasilkan
kemampuan-kemampuan baru sebagai proses perkembangan fungsi otak. Semakin
sering otak menerima “data”, semakin sering pula suatu kemampuan diasah
sehingga mencapai tahap “mahir” atau piawai.
Stimulasi yang bervariasi dalam suasana
yang menyenangkan tidak hanya memacu berbagai aspek kecerdasan anak, tetapi
juga membuat anak bahagia. Itu sebabnya, Ita menekankan relasi yang dekat
antara orangtua dan anak. Jika orangtua sama-sama sibuk bekerja di luar rumah,
perlu diperhatikan waktu yang berkualitas (quality time). Misalnya memanfaatkan
waktu makan bersama untuk mengenalkan aneka ragam makanan, membacakan buku
cerita sambil menemani anak minum susu, atau berolahraga dan mengenal alam pada
akhir pekan.
“Orangtua harus menciptakan rasa aman dan mendorong
keberanian anak berkreasi. Berikan pujian atas keberhasilan anak berperilaku
baik dan berikan koreksi bila anak membuat kesalahan,” urai Ita.
Kebutuhan nutrisi
Selain stimulasi dini, agar tumbuh kembang optimal, kebutuhan nutrisi anak juga harus dipenuhi sejak dalam kandungan. Kebutuhan nutrisi termasuk pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI yang sehat dan bergizi. Untuk membantu perkembangan otak bayi, anak butuh nutrisi yang cukup berupa protein, energi, serta asam lemak esensial seperti AA, DHA, asam amino esensial, serta mineral.
Kebutuhan nutrisi
Selain stimulasi dini, agar tumbuh kembang optimal, kebutuhan nutrisi anak juga harus dipenuhi sejak dalam kandungan. Kebutuhan nutrisi termasuk pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI yang sehat dan bergizi. Untuk membantu perkembangan otak bayi, anak butuh nutrisi yang cukup berupa protein, energi, serta asam lemak esensial seperti AA, DHA, asam amino esensial, serta mineral.
Di otak, DHA adalah membran yang paling
penting berkaitan dengan fungsi sambungan antar sel-sel saraf. Sementara asam
amino esensial dibutuhkan karena tubuh bayi tidak dapat memproduksinya. Asam
amino esensial, seperti tirosin dan triptofan, bersama-sama dengan mineral dan
kolin akan membuat kinerja otak lebih baik lagi untuk tumbuh kembang optimal.
Selain kualitas, kuantitas makanan bayi
juga perlu diperhatikan. Hendaknya nutrisi makro dan mikro diberikan dalam
jumlah yang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG). Hal ini bisa dipenuhi
dari tiga kali makan utama, dua kali makanan selingan (snack), dan dua gelas
susu setiap hari.
Jumlah percabangan saraf (sinaps) di otak
bayi akan bertambah atau berkurang tergantung apakah otak diberi stimulasi atau
tidak. Untuk merangsang perkembangan anak, orangtua bisa melakukannya melalui
berbagai aktivitas yang menyenangkan, mulai dari bermain “ciluk-ba”, hingga
mengajak anak melakukan kegiatan luar ruang.
Menurut dr. Koesnadi Rusmil, Sp.A (K) ahli
tumbuh kembang anak dari RS Hasan Sadikin Bandung, usia 0-5 tahun merupakan
periode emas untuk tumbuh kembang anak. “Pada periode ini anak bisa dirangsang
untuk mencapai kecerdasan yang lebih tinggi,” paparnya dalam acara media
edukasi yang diadakan oleh Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu silam. Lebih
lanjut, ia menguraikan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan orangtua untuk
menstimulasi perkembangan otak anak.
Usia
0-3 bulan
Stimulasi dilakukan dengan mengupayakan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan. Antara lain dengan memeluk, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, dan berbicara. Anda juga bisa merangsang indera penglihatan dan pendengaran dengan cara membunyikan mainan berbunyi atau berwarna mencolok.
Stimulasi dilakukan dengan mengupayakan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan. Antara lain dengan memeluk, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, dan berbicara. Anda juga bisa merangsang indera penglihatan dan pendengaran dengan cara membunyikan mainan berbunyi atau berwarna mencolok.
Usia
3-6 bulan
Di usia ini stimulasi ditambah dengan bermain “cilukba”. Bayi dirangsang untuk tengkurap, telentang, bolak- balik, serta duduk.
Di usia ini stimulasi ditambah dengan bermain “cilukba”. Bayi dirangsang untuk tengkurap, telentang, bolak- balik, serta duduk.
Usia
6-9 bulan
Ajak anak bersalaman, memanggil namanya, dibacakan dongeng, serta dirangsang untuk berdiri.
Ajak anak bersalaman, memanggil namanya, dibacakan dongeng, serta dirangsang untuk berdiri.
Usia
9-12 bulan
Rangsang kreativitasnya dengan cara mengajak ia bermain balok atau memasukkan mainan ke wadah. Ajar anak menyebut mama-papa, ibu-ayah, atau kakak.
Rangsang kreativitasnya dengan cara mengajak ia bermain balok atau memasukkan mainan ke wadah. Ajar anak menyebut mama-papa, ibu-ayah, atau kakak.
Usia
12-18 bulan
Biarkan anak berlatih mencorat-coret dengan pensil warna, bermain boneka, belajar berjalan, menendang bola, serta menggunakan alat makan.
Biarkan anak berlatih mencorat-coret dengan pensil warna, bermain boneka, belajar berjalan, menendang bola, serta menggunakan alat makan.
DAFTAR PUSTAKA :
http://babyorchestra.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar