GURU
PROFESIONAL
Ahmad
Ian Fachrizal
Abstrak
Karya tulis ini
ditujukan untuk semua calon guru yang merupakan fasilitator, komunikator,
motivator, konselor, dan administrator dalam segala bentuk kegiatan belajar-mengajar
untuk dapat belajar menjadi seorang guru yang profesional, karena guru adalah
seorang panutan, teladan, sehingga kemampuan peserta didik sangat bergantung
pada faktor seorang guru selain tentunya faktor dari peserta didik itu sendiri
serta faktor eksternal lainnya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu
mengembangkan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan peserta
didik. Selain itu, guru juga harus dapat membimbing peserta didik untuk menjadi
seseorang yang berkepribadian baik sesuai dengan harapan para orang tua peserta
didik menyekolahkan anak-anknya. Para orang tua peserta didik sangat berharap
anak-anaknya dapat menjadi orang yang pandai dalam akademik, pandai dalam
bergaul, sopan, dan cukup mempunyai bekal ilmu agama.
Kata
kunci : guru, fasilitator,
komunikator, motivator, konselor, administrator, profesional, panutan, teladan,
peserta didik, bakat, minat, kemampuan,
akademik, dan ilmu agama.
A. Latar Belakang
Guru
atau tenaga kependidikan yang profesional adalah salah satu syarat utama yang
harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas SDM. Selain itu, sarana dan prasana gedung serta
buku atau kurikulum yang menunjang juga mempunyai andil yang besar.
Keberhasilan
guru dalam mendidik peserta didiknya adalah salah satu kunci dalam pembangunan
pendidikan. Oleh karena itu, guru harus dapat menjadi fasilitator, komunikator,
motivator, konselor, dan administrator yang baik kepada peserta didiknya.
Tak
diragukan lagi bahwa semua peserta didik mendambakan seorang sosok guru yang
profesional. Guru profesional adalah guru yang mampu untuk menjadi panutan dan
selalu memberikan contoh atau keteladanan, mampu menguasai ilmunya dengan baik,
mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Ilmunya bagaikan air yang
tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan
menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.
Pada saat ini, sosok guru
profesional yang diperlukan adalah pertama, guru yang memahami benar akan
profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia, dia adalah sosok yang
selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali
ridho-Nya. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan
di bawah. Hanya memberi tak harap kembali.
Kedua, Guru yang profesional
memiliki sifat selalu berkata benar, penyampai yang baik, kredibel, dan cerdas.
Guru yang memiliki keempat sifat itu adalah guru yang mampu memberikan
keteladanan dalam hidupnya karena memiliki budi pekerti yang luhur. Selalu
berkata benar, mengajarkan kebaikan, dapat dipercaya, dan memiliki kecerdasan
yang luar biasa.
Jika
pendidikan di negeri kita ini telah berjalan dengan baik, tentunya akan banyak
menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing di era
globalisasi ini, maka dari itu sebaiknya pemerintah melakukan investasi
pendidikan sejak usia dini. Artinya, guru-guru profesional harus mulai
ditempatkan pada tingkatan belajar yang paling rendah, seperti di PAUD, TK,
dll.
Namun,
dalam kenyataannya dunia pendidikan kita amat memprihatinkan, banyak guru
(pendidik) belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan
tugasnya yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan
penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bagaimana cara untuk menjadi seorang guru
profesional?
B.
Pembahasan
Guru
yang profesional harus memiliki lima kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki
terpancar jelas dari karakter dan perilakunya sehari-hari. Baik ketika
mengajar, ataupun dalam hidup di tengah-tengah masyarakat. Kelima kecerdasan
itu :
a) Kecerdasan
Intelektual
b)
Kecerdasan Moral
c)
Kecerdasan Sosial
d)
Kecerdasan Emosional
e)
Kecerdasan Motorik
Kelima
aspek di atas harus dimiliki oleh guru profesional. Kelima aspek tersebut
sangatlah berkaitan satu sama lain, artinya tidak dapat dipisahkan dan tidak
dapat dikurangi lagi. Jadi, untuk menjadi guru ideal yang juga profesional
diharapkan mampu mempunyai kelima aspek di atas. Untuk mendapatkan kelima aspek
di atas, guru haruslah fleksibel dengan perkembangan zaman.
Bila
kecerdasan intelektual tidak diimbangi dengan kecerdasan moral akan
menghasilkan peserta didik yang hanya mementingkan keberhasilan ketimbang
proses tersebut. Segala cara dianggap halal, yang penting target semaksimal
mungkin tercapai. Inilah yang terjadi di masyarakat kita sehingga banyak kasus
seperti contek massal dan korupsi merajalela. Karena itu kecerdasan moral akan
mengawal kecerdasan intelektual sehingga mampu berlaku jujur dalam situasi
apapun. Kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan.
Selain
kecerdasan intelektual dan moral, kecerdasan sosial juga harus dimiliki oleh
guru profesional agar tidak egois, dan selalu memperdulikan orang lain yang
membutuhkan pertolongannya. Dia pun harus mampu bekerja sama dengan karakter
orang lain yang berbeda. Kecerdasan emosional harus ditumbuhkan agar guru tidak
mudah marah, tersinggung, dan melecehkan orang lain. Dia harus memiliki sifat
penyabar dan pemaaf.
Sedangkan
kecerdasan motorik diperlukan agar guru mampu melakukan mobilisasi yang tinggi
sehingga mampu bersaing dalam memeroleh hasil maksimal. Kecerdasan motorik
harus senantiasa dilatih agar guru dapat menjadi kreatif dan berprestasi. Dia
memiliki ambisi dan cita- cita yang tinggi seperti bintang di langit. Tak salah
bila pada akhirnya peserta didik mengatakan, “guruku mampu menggapai bintang di
langit.”
Oleh
karena itu, sudah sewajarnya bila kita berprofesi sebagai guru harus mampu
berlomba-lomba untuk menjadi sosok guru profesioanal. Profesional di mata
peserta didik, profesional di mata masyarakat, dan profesional di mata Tuhan
YME. Apabila semakin banyak guru profesional yang tersebar di sekolah-sekolah
kita, maka sudah dapat dipastikan akan banyak sekolah-sekolah berkualitas yang
mampu melahirkan peserta didik sempurna.
Selain
itu, seorang guru dapat dikatakan profesional jika telah mencukupi prinsip-prinsip
profesionalitas, seperti harus memiliki minat, bakat, panggilan jiwa, dan
idealisme. Guru juga harus memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan
yang sesuai dengan bidangnya.
Apabila
kita mencermati prinsip-prinsip profesionalitas di atas, kondisi kerja pada
dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut
:
a)
Banyak guru di dunia pendidikan Indonesia ini
belum memiliki panggilan jiwa, sehingga kinerja mereka tak jarang menjadi
sewenang-wenang ketika mengajar.
b)
Kualifikasi dan latar belakang yang tidak sesuai
dengan tugas di lapangan, sehingga menimbulkan permasalahan bagi peserta didik
dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, guru harus mampu untuk
menguasai penuh sesuai bidang pelajaran yang dikuasainya.
Artinya,
guru haruslah memiliki naluri mendidik, setidaknya memiliki pengertian dan
pemahaman terhadap peserta didik. Guru harus memiliki panggilan jiwa yang
alamiah agar dalam melaksanakan tugasnya tidak sewenang-wenang dan
memperhatikan serta mengerti kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didiknya.
Menyadari
betapa bahayanya jika kelemahan-kelemahan di atas tidak dapat segera teratasi
yang dapat banyak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru dalam dunia
pendidikan, seperti tidak adanya lagi kepercayaan peserta didik terhadap
seorang guru hanya dikarenakan guru yang tidak berkompeten dan berbuat
sewenang-sewenangnya saja.
Oleh
karena itu, harus segera dilakukan solusi yang tepat, misalnya dengan
menyelenggarakan kepelatihan, baik dari pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan maupun dari sekolah-sekolah itu sendiri. Solusi lain adalah dengan
membuat suatu kompetisi yang sehat antar guru tingkat sederajat maupun lintas
derajat, sehingga dengan adanya kompetisi antar guru semacam itu diharapkan
mampu melahirkan guru-guru yang memang benar-benar berkualitas serta
profesional.
Banyak
cara menjadi guru profesional, salah satunya adalah mengetahui hakikat dari
fungsi pendidikan itu sendiri.
Menurut
Ki Hajar Dewantara, fungsi pendidik hendaknya dapat menjadi contoh atau
teladan, menjadi penggerak bila berada di tengah-tengah siswa, dan mengikuti
sambil mengawasi dari belakang (2011:13).[1]
Selain
cara tersebut, terdapat cara lain yakni berusaha untuk mengajar seefektif
mungkin. Karena kualitas dan keberhasilan siswa dalam belajar banyak ditentukan
oleh bagaimana guru dalam mengajar yang dipengaruhi oleh bagaimana kompetensi
yang dimiliki guru. Oleh karena itu, saat ini guru harus mampu mengubah
data-data yang kurang baik pada tahun-tahun sebelumnya tentang keefektifan guru
dalam mengajar menjadi lebih baik lagi.
Tabel 1. Data Mata
Pelajaran Guru Efektif dan Guru Tidak Efektif
Mata
Pelajaran
|
Guru
Efektif
|
Jumlah
|
Guru
Tidak Efektif
|
Jumlah
|
|||
VIII-3
|
VIII-4
|
VIII-3
|
VIII-4
|
||||
PLKJ
|
0
|
0
|
0
|
7
|
14
|
21
|
|
B.Indo
|
2
|
0
|
2
|
2
|
1
|
3
|
|
B.Ing
|
0
|
1
|
1
|
0
|
21
|
21
|
|
Mtk
|
20
|
7
|
27
|
3
|
4
|
7
|
|
Penjas
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
|
IPA
|
8
|
20
|
28
|
2
|
0
|
2
|
|
IPS
|
3
|
4
|
7
|
28
|
0
|
28
|
|
TIK
|
2
|
2
|
4
|
0
|
0
|
0
|
|
PKN
|
7
|
6
|
13
|
0
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
42
|
41
|
83
|
42
|
41
|
83
|
|
Sumber : Jurnal
Perbedaan Karakteristik Kepribadian Guru yang Efektif dan Tidak Efektif
Berdasarkan
data pada tabel tersebut, masih banyak guru tidak efektif terutama pada bidang
pelajaran IPS, sebanyak 28 guru masih tidak efektif dalam mengajar. Hal ini
dapat diubah apabila kita sebagai calon guru nantinya mampu untuk dapat
profesional dalam mengajar, sehingga kita akan lebih efektif lagi dalam
mengajar.
Gambar 1.Guru sedang
mengajarkan murid sebuah metode yang efektif dalam belajar
Sumber :
http://supriyadikaranganyar.wordpress.com/2012/05/12/bagaimana-menyampaikan-konsep-bangun-datar-dengan-tik-lebih-jauh-pemanfaatan-komputer-untuk-interaktifitas-satu-kelas/
C.
Kesimpulan
Guru merupakan faktor utama dalam
pembangunan pendidikan di Indonesia, keberhasilan dan kualitas sumber daya
manusia Indonesia bergantung pada seorang pendidik. Apabila seorang guru mampu
menjalankan tugasnya dengan baik, maka tidak diragukan lagi akan kualitas yang
baik terhadap hasil didikannya. Peserta didik yang dididik oleh guru profesional
tentu akan dapat menjadi harapan bagi pembangunan nasional. Kita berharap hasil
didikan kita dapat menjadi seorang yang sukses dalam berbagai hal.
Oleh
karena itu, kita sebagai calon guru harus berusaha keras untuk menjadi seorang
guru yang profesional, selain itu kita juga harus mampu memperbaiki moral dan
perilaku kita baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga peserta didik
dapat menjadikan kita sebagai panutan.
Daftar
Pustaka
Eka.2010.“Kompetensi
guru dalam meningkatkan profesionalisme guru.” http://www.scribd.com/doc/28526777/Makalah-Kompetensi-Guru-dalam-Meningkatkan-Profesionalisme-Guru diakses
tanggal 25 Mei 2012 pukul 14.21.
Supriyadi.2012.”
Bagaimana Menyampaikan Konsep Bangun Datar dengan TIK? (Lebih Jauh Pemanfaatan
Komputer untuk Interaktifitas Satu Kelas).” http://supriyadikaranganyar.wordpress.com/2012/05/12/bagaimana-menyampaikan-konsep-bangun-datar-dengan-tik-lebih-jauh-pemanfaatan-komputer-untuk-interaktifitas-satu-kelas/
diakses tanggal 29 Mei 2012 pukul 17.05.
Martini
Meilanie,Sri.2011.Pengantar Ilmu
Pendidikan.Jakarta:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.
Deasanti.2010.”Perbedaan
Karakteristik Kepribadian Guru yang Efektif dan yang Tidak Efektif.”Perspektif Ilmu Pendidikan.21.Jakarta:Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.54-63.
Soetrisno,Loekman.1994.Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Pemuda di Indonesia.Jakarta:Grasindo.
Mulyasa.2005.Menjadi Guru Profesional.Bandung:Rosda.
[1] Sri Martini Meilanie, Pengantar Ilmu Pendidikan,
Jakarta:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, (2011).